Sabtu, 21 Oktober 2017

METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karuniaNya buku ini dapat disusun untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah Metodologi Penelitian pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khusunya untuk Progrm Studi Pendidikan Akuntansi. Buku ini merupakan rangkuman bahan ajar yang selama ini di sajikan dalam mata kuliah Metodologi Penelitian pada Program Studi Pendidikan Akuntansi yang penulis asuh. Penulis menyadari bahwa buku ini belum sempurna karena keternbatasan waktu dan tenaga namun akan selalu tetap akan di perbaharui sesuai dengan tunutan kebutuhan mahasiswa di lapangan. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Bapak rector UIR, bapak dekan FKIP UIR yang memberikan motivasi bagi penulis untuk menyususn buku ajar ini. Tak lupa rekan rekan dosen Prodi Pendidikan Akuntansi yang memberikan sumbang saran dan berdiskusi dalam penyempurnaan isi dan materi yang ada dalam buku ini. Ucapan terima kasih kepada istriku Wagirah Spd, ananda drg.Harry Prima S dan rahadian Mahardika yang mendukung dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan buku ini. Istimewa ananda Ns. Putri Wulandini yang selalu memberikan masukan dan sumbang saranya dalam penyelesaian buku ajar ini. Semoga buku sederhana ini dapat membantu para mahasiswa dalam menulis sebuah proposal penelitian khususnya dalam menyusun Skripsi. Wassalam Sukarni   Daftar Isi Kata Pembuka i Daftar Isi ii Bab I SEKILAS TENTANG PENELITIAN ……………………………………………. 1 Penelitian Kualititatif …………………………………………………………… 1 Penelitian Kualitatif …………………………………………………………… 6 Penelitian Eksperimen ……………………………………………………….. 10 Penelitian Tindakan ………………………………………………………… 23 Bab II VARIABEL PENELITIAN ………………………………………………………… 40 2.1. Pengertian variable …………………………………………………………. 40 2.2. Klasifikasi Variabel …………………………………………………………… 40 2.3. Hubungan Antar Variabel ………………………………………………… 43 2.4. Pendefenisian Variabel Secara Operasional ……………………….. 46 Bab III MENYUSUSN PROPOSAL …………………………………………………….. 49 3.1. Judul Penelitian ………………………………………………………………. 49 3.2 Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 51 3.3. Indentifikasi Masalah Penelitian ………………………………………… 52 3.4. Pemilihan Masalah ………………………………………………………… 52 3.5 Mempersempit Masalah ……………………………………………………… 54 3.6. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 57 3.7 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………. 60 3.8 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………. 62 3.9 Penjelasan Istilah ……………………………………………………………. 63 Bab IV TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………… 64 Tujuan Kajian Pustaka ……………………………………………….. 64 Sumber Bacaan …………………………………………………………. 67 Kutipan ………………………………………………………………………. 70 Kerangka Pemikiran …………………………………………………….. 72 Bab V METODE PENELITIAN ……………………………………………………….. 74 5.1. Desain Penelitian …………………………………………… 74 5.2. Populasi dan Sampel …………………………………………………….. 84 5.3 Instrumen Penelitian ……………………………………………………… 112 5.4 Jenis data ……………………………………………………………………….. 125 5.5. Skala Pengukuran …………………………………………………………. 134 5.6 Alat Pengumpul Data ………………………………………………………. 136 Bab VI ANALISA DATA …………………………………………………………………. 139 6.1. Analisa Non parametrik …………………….……………………………. 139 6.2. Analisis Korelasi …………………………………………………………….. 144 6.3. Korelasi Parsial ……………………………………………………………. 152 6.4. Korelasi Data Ordinal ………………………………………………………… 155 6.5 Analisis Regresi ……………………………………………………………… 160 6.6 Uji t ………………………………………………………………………………… 183 DAFTAR RUJUKAN   BAB 1 SEKILAS TENTANG PENELITIAN Penelitian merupakan terjemahan dari research. Pengertian Research re= kembali, search= menemukan. Kegiatan yg dilakukan secara teratur& terkendali, empiris serta kritis untuk menyelidiki pernyataan hipotesis mengenai hubungan antara fenomena alam ATAU 􀃘 Usaha sistematis untuk meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan science yang dapat dikomunikasikan dan diuji penelitian lain. Untuk menjadi seorang penelitin ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu: Kompeten dibidangnya.ahli pendidikan tidak mungkin meneliti masalah pertanian atau hokum. Obyektif, tidak terpengaruhi oleh unsure subjektifitas. Independent, tidak dipengaruhi oleh pihak lain Jujur Faktual, membahas berdasarkan fakta yang dijumpai Terbuka, mau menerima saran dan kritik. 1. Definisi Penelitian Kualitatif Moleong setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian kualitatif kemudian membuat definisi sendiri sebagai sisntesis dari pokok- pokok pengertian penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 1.1. Asumsi Penelitian Kualitatif Anggapan yang mendasari penelitian kualitatif adalah bahwa kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001 : 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat disusun rancangan penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembangan selama proses penelitian. 1.2. Karakteristik Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis, metode impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik penelitian jenis ini adalah sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12; Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan Kasiram, 2008: 154-155). a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottom-up). Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substansif. b. Perspektif emic/partisipan sangat iutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis. c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku. Rancangan pene-litian berkembang selama proses penelitian. d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan empiris logis. e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi. g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti. h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung. i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta situasi tertentu. j. Penelitian kualitatif disebut juga peneleitian alamiah atau inquiri naturalistik. 1.3. Prosedur Penelitian Kualitatif Prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan, serta situasi dan kondisi di lapangan. Secara garis besar tahapan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 80) a. Merumuskan masalah sebagai fokus penelitian. b. Mengumpulkan data di lapangan. c. Menganalisis data. d. Merumuskan hasil studi. e. Menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan. 2. Penelitian Kuantitatif 2.1. Definisi Penelitian Kuantitatif Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. 2.2. Asumsi Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005). a. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi. b. Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku. 2.3 Tahapan Penelitian Kualititatif 1. NATURAL SETTING, Dimulai dengan menetapkan masalah & tujuan penelitian, kemudian tetapkan setting alamiahnya. 2. HUMAN INSTRUMENT, Manusia peneliti utama untuk atasi situasi tidak terduga, karena: a) punya kepekaan untuk interaksi, adaptasi dengan lingkungan, b) mampu menangkap sesuatu secara utuh, c) mampu memproses data secara cepat, d) mampu merespon hal-hal unik/tidak lazim, e) menggunakan ketrampilan untuk memahami latar sosial 3. QUALITATIVE METHODS, Menggunakan metode kualitatif dengan manusia sebagai intrumen,untuk mengungkap pengetahuan tak terkatakan/ tersembunyi agar dapat diinterpretasikan, diberi makna &d ikomunikasikan dengan orang lain 4. PURPOSIVE SAMPLING, Untuk mengungkapkan dan interpretasi dengan menggunakan sampel yang bertujuan utk dapat informasi sebanyak- banyaknya sesuai dengann konteks untukk tujuan penyusunan teori (beberapa tehnik sampel dan key informan) 5. EMERGENT DESIGN, Desain bersifat sementara, karena makna ditentukan konteks,eksistensi realitas ganda yg bisa menghambat desain atas satu konstruksi peneliti (pembentukan makna bersama hanya dapat dilakukan setelah dilihat jelas & dihayati bersama) 6. INDUKTIVE DATA ANALYSIS, Dianalisis secara induktif untuk menemukann kategori inti dengan prosesnya: a). data mentah ditransformasikan dalam unit-unit sehingga dapat memberikan deskripsi tepat tentang karakteristik isi fenomena, b). categori data diatas diorganisasikan dalam kategori-kategori dalam latar/konteks dimana data itu berasal 7. GROUNDED THEORI, Menyusun teori dari dasar, yang bersumber dari data 8. KEABSAHAN DATA, Untuk dapatkan generalisasi dengan melakukan:cridibility (triangulasi, ketekunan pengamatan,kaji kasus negatif), transferability (uraian cermat,dalam,kesamaan etic-emic), dependability (proses audit), confirmability (konfir dengan pihak ke tiga,pakar,teori) 9. LAPORAN HASIL PENELITIAN 2.4. Karakeristik Penelitian Kuantitatif Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150) : a. Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus. b. Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari hal-hal yang bersifat subjektif. c. Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan. d. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya. e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. f. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan mengguna-kan alat yang objektif dan baku. g. Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data. h. Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian. i. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. j. Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik. k. Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi. l. Penelitian kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah 2.5. Prosedur Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut. a. Identifikasi permasalahan b. Studi literatur. c. Pengembangan kerangka konsep d. Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian. e. Pengembangan disain penelitian. f. Teknik sampling. g. Pengumpulan dan kuantifikasi data. h. Analisis data. i. Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian. 2.6. Tipe-tipe Penelitian Kuantitatif Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda dan rancangan (design) tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan sifat masalah yang dihadapi. Berdasarkan sifat-sifat permasalahannya, penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut (Suryabrata, 2000 : 15 dan Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 69 – 78). a. Penelitian deskriptif b. Penelitian korelational c. Penelitian kausal komparatif d. Penelitian tindakan e. Penelitian perkembangan f. Penelitian eksperimen 2.7. Metode Penelitian Kuantitatif Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, khusunya kuantitatif analitik adalah metode deduktif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya. Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik (2000: 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan : a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual. Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Suriasumantri, 2005 : 127-128). a) Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. b) Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan. c) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan. d) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak. e) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian oleh Jujun S. Suriasumantri divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut: 3. Penelitian Experimen 3.1. Pendahuluan Salah satu metode penelitian adalah eksperimen. Untuk dapat melaksanakan suatu eksperimen yang baik, perlu dipahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen- komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan jenis-jenis variabel, hakekat eksperimen, karakteristik, tujuan, syarat- syarat eksperimen, langkah- langkah penelitian eksperimen dan bentuk- bentuk desain penelitian eksperimen. Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai peneliti- an eksperimen, dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode penelitian eksperimen beserta hal-hal yang terkait di dalamnya. 3.2. Variabel dalam Penelitian Eksperimen Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi. Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau controlled variabel. Akan tetapi, sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Jenis variabel ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap peneliti yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini. 3.2. Pengertian Penelitian Eksperimen Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72). Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain. Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen lebih aktual. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. 3.3. Karakteristik Penelitian Eksperimen Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain: (a) Variabel bebas yang dimanipulasi Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variabel yang terkait. (b) Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent variable. Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama. (c) Observasi langsung oleh peneliti Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group. 3.4. Tujuan Penelitian Eksperimen Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/ membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. 3. 5. Syarat-syarat Penelitian Eksperimen Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu: (1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan penelitian; (2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama; (3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya; (4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group). 3. 6. Proses Penelitian Eksperimen Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut. (a) Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti. (b) Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. (c) Pembuatan atau pengembangan instrumen. (d) Pemilihan desain penelitian. (e) Eksekusi prosedur. (f) Melakukan analisis data. (g) Memformulasikan simpulan. 3.7. Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretestposttest, intec-group comparison; (2) true-experimental, meliputi posttest only control design, pretest-control group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series design dan nonequivalent control group design. Penjelasan mengenai bentuk-bentuk desain tersebut adalah sebagai berikut. (a) preexperiments Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut. (1) one-shot case study Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut. x 0 Perlakuan terhadap variabel independen (Treatment of independent variable) Pengamatan atau pengukuran terhadap variabel dependen (Observation or measurement of dependent variable) Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O). (2) the one group pretest-posttest design Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut. O1 X O2 Pretest Treatment Posttest Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun. (3) the static-group comparison. Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak. Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut. X O1 O2 O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan. Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah. (b) true experiments Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah: pretestposttes control group design, posttest-only control group design, extensions of true experimental design, multigroup design, randomized block design, latin square design, factorial design. Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut dapat dielaborasi sebagai berikut. (1) pretest-posttes control group design Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut. R O1 X O2 R O3 O4 Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3). (2) posttest-only control group design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut. R X O1 R O2 Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. c. Factorial Design Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama. d. Quasiexperiments Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol. Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain: (1) Time Series Design Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan grup sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai diberikan. (2) Nonequivalent control group design Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Metode eksperimen merupakan metode yang paling produktif karena jika dilakukan dengan baik akan dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian yang sering dilakukan peneliti dalam dunia pendidikan adalah penelitian eksperimen. 4. Penelitian Tindakan 4.1 Proses Dasar Penelitian Tindakan Seperti telah diuraikan sebelumnya, PTK bersifat partisipatori dan kolaboratif, yang dilakukan karena ada kepedulian bersama terhadap situasi pembelajaran kelas yang perlu ditingkatkan. Anda bersama pihak-pihak (sejawat, murid, KS) mengungkapkan kepedulian akan peningkatan situasi tersebut, saling menjajagi apa yang dipikirkan, dan bersama-sama berusaha mencari cara untuk meningkatkan situasi pembelajaran. Anda bersama kolaborator (sejawat yang berkomitmen) menentukan fokus strategi peningkatannya. Singkatnya, Anda secara bersama-sama (1) menyusun rencana tindakan bersama-sama, (2) bertindak dan (3) mengamati secara individual dan bersama-sama dan (4) melakukan refleksi bersama-sama pula. Kemudian, Anda bersama-sama merumuskan kembali rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Itulah empat aspek pokok dalam penelitian tindakan (Kemmis dkk, 1982; Burns, 1999), yang selanjutnya diuraikan di bawah ini. 4.1. Penyusunan Rencana Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehngga mengandung sedikit resiko. Maka rencan mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan kelas mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas dan mengakui adanya kendala nyata, baik yang bersifat material namun bersifat non-meterial dalam kelas Anda. Kedua, tindakan-tindakan pilih karena memungkinkan para Anda untuk bertindak secara lebih efektif dalam tahapan-tahapan pembelajaran, secara lebih bijaksana dalam memperlakukan murid, dan cermat dalam mengamati kebutuhan dan perkembangan belajar murid. Pada prinsipnya, tindakan yang Anda rencanakan hendaknya (1) membantu Anda sendiri dalam (a) mengatasi kendala pembelajaran kelas, (b) bertindak secara lebih tepat-guna dalam kelas Anda, dan (c) meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas; dan Gambar 2. Siklus PTK (2) membantu Anda menyadari potensi baru Anda untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Dalam proses perencanaan, Anda harus berkolaborasi dengan sejawat melalui diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan Anda dalam kelas. Rencana PTK Anda hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksif terhadap pembelajaran kelas Anda. Misalnya, jika Anda adalah guru bahasa Inggris, Anda akan melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran kelas Anda dalam konteks situasi sekolah secara umum dan mendeskripsikan hasil pengamatan. Dari sini akan mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Lalu Anda meminta seorang guru bahasa Inggris lain sebagai kolaborator untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang Anda selenggarakan di kelas Anda; selama mengamati, kolaborator memusatkan perhatiannya pada perilaku Anda sebagai guru dalam upaya membantu murid belajar bahasa Inggris, dan perilaku murid selama proses pembelajaran berlangsung, serta suasana pembelajarannya. Misalnya, hal-hal yang dicatat meliputi: (1) bagaimana guru melibatkan murid-muridnya dari awal (ketika membuka pelajaran); (2) bagaimana guru membantu murid-muridnya (a) memahami isi atau pesan teks, (b) memahami cara mengungkapkan makna sejenis (cara menyusun kalimat, cara mengeja kata, cara melafalkan kata yang digunakan untuk makna tersebut), (c) belajar berkomunikasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari, (d) membantu murid-muridnya yang mengalami kesulitan atau yang pasif, (3) bagaimana guru mengelola kelas, yaitu dalam mengatur tempat duduk, mengontrol penerangan, mengatur suaranya, mengatur pemberian giliran, mengatur kegiatan; (4) bagaimana guru berpakaian, (5) bagaimana murid menanggapi upaya-upaya guru, (6) sejauh mana murid aktif memproduksi bahasa Inggris, dan (7) hal-hal lain yang secara teoretis perlu dicatat, serta (8) suasana kelas. Hasil pengamatan awal terhadap proses tersebut dituangkan dalam bentuk catatan-catatan lapangan lengkap (cuplikannya dapat disajikan dalam laporan dalam bentuk vignette), yang menggambarkan dengan jelas cuplikan/episode proses pembelajaran dalam situasi nyata. Kemudian, Anda bersama kolaborator memeriksa catatan-catatan lapangan sebagai data awal secara cermat untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dan aspek-aspek apa yang perlu ditingkatkan untuk memecahkan masalah praktis tersebut. Berdasarkan hasil kesepakatan terhadap pencermatan data awal, dan dipadukan dengan ketersediaan sumber daya, baik manusia maupun non-manusia, Anda bersama kolaborator menyusun rencana tindakan, sebagai penuntun pelaksanaan tindakannya. Rencana tindakan Anda perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator-indikator peningkatan yang akan dicapai. Misalnya, indikator untuk peningkatan keterlibatan murid adalah peningkatan jumlah murid yang melakukan sesuatu dalam pembelajaran nahasa Inggris, seperti bertanya, mengusulkan pendapat, mengungkapkan kesetujuan, mengungkapkan kesenangan, mengungkapkan penolakan dan sebagainya dalam bahasa Inggris; sedangkan indikator untuk produksi bahasa Inggris adalah peningkatan jumlah ungkapan (kata/frasa/kalimat) bahasa Inggris yang diproduksi oleh murid. Disamping itu, perlu juga indikator kualitatif, misalnya peningkatan keakuratan (lafal dan tatabahasa) dan kelancaran bahasa Inggris murid dengan deskriptor di masing-masing tingkatan. Kebersamaan Anda dan kolaborator dalam mengumpulkan data awal, lalu mencermatinya untuk mengidentikasi masalah-masalah yang ada dan menentukan tindakan untuk mengatasinya, serta menyusun rencana tindakan, telah memenuhi tuntutan validitas demokratik. 4.2 Pelaksanaan Tindakan Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas Anda, yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, Anda perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua perubahan/ penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya. Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan nilai tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya. 4.3. Observasi Observasi tindakan di kelas Anda berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan Anda di kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya. Apa yang diamati dalam PTK adalah (1) proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persoalan lain yang timbul. 4.4. Refleksi Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi Anda berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat Anda, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas Anda dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya. Refleksi memiliki aspek evaluatif; dalam melakukan refleksi, Anda hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Tetapi dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, Anda meninjau ulang, mengembangkan gambaran agar lebih lebih hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas Anda, (b) tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan, yang lebih penting lagi, (c) tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk para siswa Anda agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran. PTK Anda merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Proses dasar tersebut dapat diringkas sebagai berikut (Kemmis dkk. (1982). Dalam praktik, proses PTK Anda mulai dengan ide umum bahwa Anda menginginkan perubahan atau perbaikan pembelajaran di kelas Anda. Inilah keputusan tentang letak di mana dampak tindakan itu mungkin diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan awal, Anda bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan memutuskan rencana umum tindakan. Dengan menjabarkan rencana umum ke dalam langkah-langkah yang dapat dilakukan, Anda memasuki langkah pertama, yakni perubahan dalam strategi yang ditujukan bukan saja untuk mencapai perbaikan, tetapi juga pemahaman lebih baik tentang apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum mengambil langkah pertama, Anda harus lebih berhati-hati dan merencanakan cara untuk memantau pengaruh langkah tindakan pertama, keadaan kelas Anda, dan apa yang mulai dilihat oleh strategi dalam praktik. Jika mungkin mempertahankan pencarian fakta dengan memantau tindakannya, langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu dilaksanakan, data baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, dan pengaruhnya dapat dideskripsikan dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan yang segar yang dapat dipakai untuk menyiapkan cara untuk perencanaan baru (Kemmis dkk., 1982: 6-7). Lihat Gambar 1 di bawah. Gambar 1 menunjukkan bahwa peneliti mulai melihat masalah dalam kelas bahasa Inggris yang diampunya, yaitu cara pandang siswa yang kurang benar terhadap pemelajaran bahasa Inggris. Yaitu, siswa hanya tertarik belajar gramar dan kosakata dan pasif dalam belajar berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Peneliti memutuskan untuk mengubah cara pandang siswa dengan cara mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas ‘information gap’ dengan menggunakan permainan dan bermain peran. Tugas ‘information gap’ merujuk pada tugas di mana terdapat kesenjangan yang mesti ditutup oleh siswa yang satu dengan cara berkomunikasi dengan siswa lainnya. Teknik tugas ini mencakup permainan bahasa, bermain peran, dan simulasi, mulai dari teknik-teknik semi-terbimbing untuk pelajar tingkat pemula dan menengah sampai teknik bebas (tanpa bimbingan) untuk pelajar tingkat lanjut. Rencana di atas dilaksanakan dan direkam prosesnya, kemudian berdasarkan data dilakukan refleksi, yang menghasilkan permasalahan baru, yaitu bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dengan tugas ‘information gap’ tersebut, sedangkan sebagian besar siswa tampak takut salah, cemas dan malu berbicara dalam bahasa Inggris. Maka, dalam tindakan kedua direncanakan untuk melakukan sesuatu yang dapat mengurangi rasa takut salah, kecemasan, dan rasa malu. Rencana ini dilaksanakan dan direkam prosesnya, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat sejauh mana perubahan dicapai lewat tindakan kedua. Begitu seterusnya, siklus-siklus tindakan berlanjut sampai perubahan yang diinginkan dicapai dengan catatan bahwa tidak mungkin dicapai ketuntasan perubahan karena situasi dan kondisi kelas berubah terus secara dinamis. 5. PTK dan Ciri-cirinya Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia nyata, maka ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin heran kenapa istilah ’penelitian’ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah ’tindakan’. Keheranan Anda tidak berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan (Silakan baca Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt, 1982: 5; Reason & Bradbury, 2001: 1). Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK. Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah berarti bahwa subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu bagaimana cara untuk menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain? Benar. Anda bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator Anda. Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula, apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi. 6. Syarat-syarat PTK Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada syarat-syarat lain? Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003). Pertama, Anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut. Kedua, Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan yang Anda lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan/kekurangan diri. Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima, penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya. Keenam, Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi. Ketujuh, Anda perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional. Kedelapan, Anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidak setujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama penjelasannya; (2) mempermasalah kan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu. Kesembilan,Anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali. 7. Capaian Penelitian Tindakan Kelas Pertanyaan ini dapat diubah menjadi, ”Kapan Anda secara tepat dapat melakukan PTK?” Jawabnya: Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda dan sekaligus ingin melibatkan murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat Cohen dan Manion, 1980). Dengan kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman Anda terhadap praktik tersebut, dan situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis, 1982: 84). Dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran Anda, perilaku murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211): (a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.   8.Tips Menyususn Proposal Tindakan Kelas FORMULASI JUDUL PTK PENINGKATAN …….......……..(Penyakit) MELALUI ………………… .. (Obat) SISWA KELAS ………….(Pasien) SD/SMP/SMA ……(Rmh Skt) PENGGUNAAN ……………….. (Obat) UNTUK MENINGKATKAN Penyakit) SISWA KELAS ………(Pasien) SD/SMP/SMA ………(Rmh Skt)   BAB II. VARIABEL PENELITIAN 2.1. Pengertian Variabel Ada beberapa definisi tentang variabel. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel, sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur. b. Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai. Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau kategori. 2.2. Klasifikasi Variabel Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya, konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi. a. Berdasarkan skala pengukurannya 1) Variabel nominal Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel nominal : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). 2) Variabel ordinal Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang, tinggi. 3) Variabel interval Variabel interval adalahvariabel yang selain dimaksudkan untuk membedakan, mempunyaitingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst. 4) Variabel rasio Variabel rasio merupakan variabel selain berisfat membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama, contoh : berat badan, tinggi badan, dst. b. Berdasarkan konteks hubungannya Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks ini variable dibedakan menjadi : 1) Variabel bebas atau independent variables Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variable terikat. 2) Variabel terikat atau dependent variabel Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya. 3) Variabel moderator atau variable intervening Variabel moderator merupakan variable yang juga mem-pengaruhi variabel terikat, namun dalam penelitian penga-ruhnya tidak diutamakan. 4) Variabel perancu (confuding variable) Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable antara. 5) Variabel kendali Variabel kendali merupakan variabel yang juga mem-pengaruhi variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral. 6) Variabel rambang Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan. c. Berdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variable di mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi: 1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh peneliti, contoh : metoda mengajar, teknik pelatihan, strategi pembiasaan, dst. 2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi oleh peneliti, contoh : jenis kelamin, umur, status perkawinan, dst. 2.3. Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variable dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : hubungan asimetris, hubungan simetris, dan hubungan timbal balik (Machfoedz, 2007: 29). a. Hubungan asimetris Pada hubungan asimetris, suatu variabel atau variabel-variabel bebas berhubungan dengan variabel atau variabel-variabel terikat. Hubungan variabel asimetris dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Hubungan variabel bivariat: hubungan antara dua variabel. Contoh hubungan asimetris bivariat : hubungan kecerdasan intelektual (X) dengan prestasi belajar (Y). Siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, presteasi belajarnya juga tinggi. Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 2) Hubungan variabel multivariat: hubungan antara tiga variabel atau lebih. Contoh hubungan asimetris multivariate: Hubungan kecerdasan intelektual (X₁), kecerdasan emosional (X₂), dan motivsi belajar (X₃) dengan prestasi belajar (Y). Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: b. Hubungan simetris Hubungan variable secara simetris artinya ada hubungan antara dua variabel, tetapi variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variable lainnya. Contoh hubungan variable secara simetris: Variabel tinggi badan (Y₁) dan variable berat badan (Y₂) merupakan variable terikat yang dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan (X). Kedua variable terikat berhubungan tetapi variable yang satu tidak diengaruhi variable lainnya. Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: c. Hubungan timbal balik Hubungan variabel dikatakan bersifat timbal balik jika variabel yang satu mempengaruhi variabel lainnya dan sebaliknya. Contoh hubungan variabel secara timbal balik: Variabel rasa percaya diri (X) mempengaruhi prestasi belajar (Y) dan sebaliknya, prestasi belajar juga mempengaruhi rasa percaya diri. Hubungan semacam ini dapat digambarkan sebagai berikut: 2. 4. Pendefinisian Variabel Secara Operasional a. Pengertian definisi operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Sumadi Suryabrata, 2000 76). Lain halnya dengan definisi konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan “tidak dapat diobservasi”. Karena definisi konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan hipotesa (Sarwono, 2006). b. Pentingnya operasionalisasi variabel Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual. Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1) mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional; 3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan (Sarwono, 2006). c. Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu: 1) yang menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) yang menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) yang menekankan sifat-sifat statis yang didefinisikan. Ketiga cara menyusun definisi operasional tersebut dapat disebut sebagai definisi operasional tipe A atau pola I, definisi operasional pola B atau tipe II, dan definisi operasional tipe C atau pola III (Sumadi Suryabrata, 2000: 76-77; Sarwono, 2006). 1) Definisi Operasional Tipe A atau Pola I Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata. Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya. 2) Definisi Operasional Tipe B atau Pola II Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasi-onalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya. 3) Definisi Operasional Tipe C atau Pola III Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik statisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat. d. Kriteria Keunikan Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik suatu definisi operasional, maka semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan objek-objek atau pernyataan lain yang muncul dalam mendefinisikan sesuatu hal yang tidak kita inginkan tercakup dalam definisi tersebut secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya kemungkinan makna variable dapat direplikasi. Sekalipun demikian, keunikan / kekhususan tersebut tidak menjadi penghalang keberlakuannnya secara umum suatu konsep yang merupakan ciri validitas eksternal bagi desain penelitian yang kita buat. BAB III MENYUSUN PROPOSAL 3.1 Judul Penelitian Judul merupakan Identitas atau cermin jiwa penelitian. Wujudnya merupakan kalimat pernyataan bukan kalimat pertanyaan; kata-katanya konkrit bukan katakata umum. Jelas (tidak kabur); singkat (tidak bertele-tele); deskriptif (berkaitan/runtut); tidak terlalupuitis/bombastis; dan dibuat semenarik mungkin; informatif. Funsi Utama judul Penelitian Bagi peneliti: kompas dalam melakukan penelitian (penentu data yang diperlukan,sumber, instrumen dan teknik pengumpulan data) dan menyusun laporan riset (pengolahan, penyajian data, dan analis data). Bagi pembaca: memberikan informasi singkat tentang obyek/substansi telaah, wilayah dan metode riset. Dasar Perumusan Judul: Mengetahui status sesuatu. Contoh: Tanggapan masyarakat tentang pelaksanaan Otonomi Daerah bagi peningkatan kualitas layanan publik. Membandingkan dua fenomena atau lebih. Contoh: mekanisme penyusunan APBD Berdasarkan Perda dan Kepmendagri Mengetahui hubungan atau pengaruh dua fenomena atau lebih. Contoh: Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik Unsur-unsur Judul Sifat dan jenis penelitian. Objek telaah/substansi yang diteliti. Subjek penelitian. Lokasi. Tahun/waktu terjadinya pristiwa. Contoh Responsivitas Perusahaan Daerah Air Minum Way Rilau Kota Bandar Lampung dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengadaan Air Bersih bagi Pelanggan tahun 2001-20003. Kualitatif : Sifat/Jenis Penelitian Responsivitas: Objek telaah. PDAM Way Rilau: Subjek penelitian. Pelanggan: Subjek penelitian PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung: Lokasi penelitian. Tahun 2001-2003: Rentang waktu kejadian yang diteliti. Hubungan antara Diklat Pegawai dengan Kemampuan Aparatur Publik di Pemkot Bandarlampung Tahun 2006 Kuantitatif : Sifat/Jenis Penelitian Diklat dan Kemampuan aparatur: Objek telaah. Pegawai: Subjek penelitian. Pemkot Bandarlampung: Lokasi penelitian. Tahun 2006: Rentang waktu kejadian yang diteliti. 3. 2. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian yang terkait dengan judul, serta alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah dalam penelitian dapat terjadi apabila terdapat penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Masalah timbul apabila : Terdapat penyimpangan antara rencana dengan kenyataan Terdapat penyimpangan antara yang diperlukan dengan apa yang tersedia Terdapat penyimpangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein dan penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu. Menetapkan masalah penelitian adalah hal yang sulit bagi peneliti, terutama peneliti muda. Untuk menetapkan masalah penelitian, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 3.3. Identifikasi Masalah Penelitian Langkah pertama yang harus ditempuh seorang peneliti adalah mengidentifikasi masalah. Untuk memperoleh masalah penelitian, peserta didik harus peka terhadap permasalahan. Sikap kritis, skeptis serta berpikir logis dapat memudahkan mendapatkan masalah penelitian. Peserta didik harus selalu alergi terhadap setiap persoalan yang dihadapinya. Ia harus mengembangkan ketajaman obser- vasinya, sehingga ia menjadi lebih awas pada apa saja yang perlu dipertanyakan. Walaupun demikian, dia harus cukup terlatih untuk dapat sampai pada permasalahan penelitian. Sumber masalah penelitian bisa didapatkan dari : Bacaan atau eksplorasi literatur Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah Pendapat para pemegang otoritas atau pakar Pengalaman sehari-hari Perasaan intuitif Sumber non ilmiah 3.4. Pemilihan Masalah Biasanya dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari satu masalah. Untuk itu diperlukan pemilihan masalah yang layak untuk diteliti. Masalah penelitian yang layak untuk diteliti mempunyai kriteria sebagai berikut : Layak untuk dilaksanakan Penelitian selalu memerlukan waktu dan biaya dan kadang-kadang diperlukan sarana atau prasarana tertentu. Penelitian yang mempunyai kendala dengan subjek penelitian, dana, sarana, keahlian atau waktu, sudah tentu tidak layak dijalankan. Untuk itu masalah penelitian dapat diatasi dengan modifikasi desain, jumlah sampel dan lain sebagainya. Mempunyai kontribusi teoritis dan praktis Hasil penelitian nantinya dapat memberikan kontribusi atau andil yang jelas dalam bidang profesi atau bidang ilmunya. Mempunyai derajat keunikan dan keaslian Beberapa institusi menganggap bahwa keaslian (orisinal) suatu penelitian sangat diperlukan . Walaupun demikian penelitian yang replikatif dapat dilakukan bila peneliti ingin memperluas atau menperdalam dari penelitian yang sudah ada, sehingga tingkat validitas penelitian tersebut menjadi lebih tinggi. Suatu penelitain replikatif akan sangat bermanfaat bila ia dirancang lebih baik serta dapat mengeliminasi kekurangan yang ada pada penelitian sebelumnya. Etis Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subjek, tidak boleh bertentangan dengan etika. Karena itulah pada setiap penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek harus mendapat persetujuan dari komisi etik setempat. 3.5. Mempersempit Masalah Permasalahan yang telah diidentifikasi kadang-kadang sifatnya masih umum, belum spesifik. Untuk itu permasalahan yang sudah diidentifikasi itu harus dipersempit agar lebih spesifik melalui pemecahan menjadi sub-sub permasalahan. Sub permasalahan harus dijawab dulu untuk dapat memecahkan permasalahan pokoknya. Pada umumnya tujuan penelitian hanya dapat dicapai jika permasalahan penelitian dipecah menjadi permasalahan yang lebih kecil. Dengan demikian masalah penelitian yang baik harus mencakup hal dan sifat sebagai berikut : Spesifik Masalah penelitian hanya membahas satu aspek saja Harus dapat diuji secara empiris Dengan ini, maka masalah metafisika tidak dapat diselidiki secara ilmiah Masalah yang diselidiki harus mempunyai dasar teori atau setidak- tidaknya mempunyai suatu kerangka teoritik. Dengan adanya teori yang dimaksud, suatu pengetahuan dapat menerangkan masalah tersebut. Mempunyai kegunaan praktis dan diharapkan dapat memberi sumbangan baru terhadap ilmu pengetahuan Masalah yang diteliti sebaiknya sesuai dengan zaman Masalah harus dinyatakan dalam kalimat deklaratif Masasalah yang akan diteliti cukup justifield. Untuk itu diperlukan studi pustaka untuk mendukung landasan teori yang akan digunakan untuk penelitian yang akan dikerjakan. Setiap penelitian seharusnya mempunyai paradigma tertentu, karena merupakan kekhususan model pemecahan masalah ilmiah yang menunjukkan jati diri peneliti tersebut. Kebiasaan merancang penelitian dengan paradigma yang berkonsep jelas akan menumbuhkan pola pikir konseptual. Pola pikir konseptual ini dapat diperoleh dari hasil pendidikan akademik yang diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pada saat memilih paradigma penelitian, haruslah disadari bahwa paradigma mempunyai konsep ilmu, asumsi keilmuan dan pemilihan metodologi penelitian yang tertentu. Sekali paradigma dipakai, maka teori-teori yang digunakan harus sesuai dengan paradigma. Dari studi pustaka yang dilakukan, maka harus dicari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Dari teori-teori dan konsep umum dilakukan analisis secara deduktif, sedangkan dari hasil penelitian dilakukan sintesis dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi ini dilakukan secara berulang-ulang, sehingga diharapkan dapat menghasilkan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan yang paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya. Kegiatan mencari teori-teori dan konsep-konsep ini dapat dijalankan apabila peneliti melakukan penelusuran pustaka dengan baik ataupun berkorespondensi dengan pakar dalam atau luar negeri. Penyusunan landasan- landasan teoritis tidak akan produktif sebelum bahan bacaan banyak. Oleh karena itu, perlu sekali untuk melakukan penelusuran pustaka sebanyak mungkin, kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan, lalu diambil kesimpulan- kesimpulan teoritis Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan membaca, peneliti kemudian melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap masalah yang digarapnya. Dengan deduksi dia berusaha untuk melakukan pemerincian atau pengkhususan dan dengan induksi dia melakukan serta meramu semua bahan itu menjadi kesimpulan teori yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian. Konsep yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian pada dasarnya merupakan sumber variabel yang merupakan objek yang terukur dan teramati. Disamping mendeskripsikan berbagai fakta yang mendasari kenapa masalah tersebut perlu diangkat menjadi masalah penelitian, juga diperlukan skala masalah yang berguna memperjelas masalah, sehingga mudah diketahui orang lain. Skala masalah dapat dinyatakan dengan mengetengahkan berbagai hasil penelitian terdahulu atau yang menunjukkan kerugian yang lebih besar bila masalah tersebut tidak segera diselesaikan. Dengan demikian maka skala masalah harus dapat meyakinkan, bahwa masalah yang diajukan harus segera diselesaikan. Cara penulisannya dapat berupa alur pikir sepeti piramida terbalik, dimana ujungnya merupakan masalah yang akan diteliti. Contoh : skala masalah penyakit kanker dapat disusun antara lain mengetengahkan angka kejadian kanker, angka ketidak berhasilan pengobatan kanker yang tinggi dan bahaya kanker pada stadium lanjut. Selanjutnya pada latar belakang juga diuraikan pernyataan mengenai pemecahan masalah dan alternatif yang dipilih untuk memecahkan masalah tersebut. Demikian juga harus dinyatakan alasan kenapa memilih alternatif tersebut. 3.6 Rumusan Masalah Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah penelitian adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah rumusan masalah penelitian ilmiah {scientific research questiori) adalah pertanyaan- pertanyaan penelitian yang mencarikan solusi masalah melalui proses penelitian. Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka masalah perlu dirumuskan lebih spesifik, dimana merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (research questiori) yang baik akan memberikan arah dan pembatasan kepada jalan mencari pemecahannya. Pertanyaan yang dirumuskan dengan tepat tentu akan mendukung tujuan penelitian akan dapat diterangkan dengan baik, sesuai dan terarah dengan perumusan masalah. Rumusan masalah dikembangkan dengan landasan teori dan pemikiran yang jelas. Suatu masalah penelitian dapat mempunyai lebih dari satu rumusan masalah. Hal ini sangat tergantung pada identifikasi masalah yang didasarkan oleh suatu konsep dan paradigma yang jelas yang digunakan untuk mengkaji masalah penelitian, dimana peneliti harus mengkaji semua faktor yang terkait dengan masalah yang ada. a. Pertimbangan dalam memilih masalah 1. Pertimbangan Objektif Didasari kualitas masalah dan dapatnya masalah dikonseptualisasikan. Ciri-Ciri Kualitas Masalah: (1) nilai penemuan yang tinggi (2) dirasakan kebanyakan orang adanya masalah (3) bukan replikasi (pengulangan), (4) memiliki referensi teoretis yang jelas, Ciri-Ciri Masalah dapat dikonseptualisikan apabila masalah tersebut dapat menjawab pertanyaan di bawah ini: 1. apakah masalah itu memiliki batasan-batasan yang jelas, 2. bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu, 3. apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan seandainya diuji nanti, 4. apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas seandainya diteliti, 5. apakah masalah itu dapat ukur sehingga dapat didesain alat ukur yang jelas, 6. apakah masalah itu memberi peluang peneliti menggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti. 2. Pertimbangan Subjektif, berkisar kredibilitas peneliti (calon peneliti) terbadap apa yang akan ditelitinya yaitu: 1. sesuai minat peneliti 2. Sesuai keahlian dan disiplin ilmu peneliti 3. peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoretis 4. cukup banyak hasil-hasil penelitian sebelumnya 5. cukup waktu 6. Biaya yg tersedia 7. alasan-alasan politik dan situasional masyarakat B. Syarat-syarat rumusan masalah yang baik. Untuk mendapatkan rumusan masalah yang baik harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: Dikemukakan dalam kalimat tanya Kalimat tanya "sejauh manakah" atau "seberapa besarkah" haruslah dihindari. Substansi pertanyaan harus bersifat khas, tidak bermakna ganda dan harus jelas. Pertanyaan "bagaimanakah pengaruh suatu obat" bersifat tidak khas. Kata pertanyaan ini harus diganti dengan "Apakah ada pengaruh obat A terhadap" Setiap rumusan itu haruslah padat dan jelas. Rumusan masalah yang baik dapat menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel tersebut. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti dapat memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh : Apakah ada hubungan antara IQ mahasiswa dengan indeks prestasi yang diperoleh? Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, harus dipertanyakan secara terpisah, agar semua pertanyaan dapat dijawab secara terpisah oleh hipotesis penelitian. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan demografi dan sosio ekonomi dapat digabungkan menjadi karakteristik demografi dan sosio ekonomi. Biasanya rumusan masalah dimulai dengan kalima pembuka sbb. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: ..... Atau Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ...... 3.7. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena semua karya ilmiah dikembangkan berdasarkan tujuan. Tujuan penelitian juga merupakan suatu pernyataan tentang apa yang ingin diketahui atau ditetapkan. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dari rumusan masalah penelitian. Kalau rumusan masalah penelitian digunakan kalimat tanya, maka tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. (Tujuan penelitian harus sejalan dengan rumusan masalah) Tujuan penelitian mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Didalam tujuan umum disebutkan apa tujuan akhir penelitian yang hendak dilaksanakan, sedangkan pada tujuan khusus disebutkan tujuan yang terkandung pada isi dari rumusan masalah. Bila tujuan penelitian hanya terdiri dari satu butir saja, maka cukup ditulis tujuan penelitian saja. Dalam membuat tujuan penelitian harus diperhatikan kaidah-kaidah tingkat perkembangan pengetahuan (knowledge level) Dalam hal ini, kata operasional yang dipakai pada tujuan penelitian adalah : Mengetahui Mempelajari Memahami Mengkaji/menganalisis Membuktikan Menemukan (suatu formula atau metode) Dalam hal ini, maka kata operasional yang dipakai pada tujuan penelitian adalah sebagai berikut: No Scientaific Level Kata operasional yang dipakai pada tujuan penelitian 1 Explorasi - Identifikasi, mempelajari 2 Deskripsi Melihat Mempelajari hubungan 3 Eksplanasi - Menguji hubungan 4 Prediksi - Membuktikan Scientific level membawa konsekuensi pada : Tujuan Hipotesis Analisis 3.8. Manfaat Penelitian Suatu penelitian haruslah mempunyai manfaat, baik untuk pengembangan maupun penerapan ilmu. Manfaat pengembangan ilmu sangat diharapkan dapat menambah materi untuk kepentingan akademik, sedangkan manfaat penerapan ilmu akan menambah materi untuk bidang profesi. Hal yang harus dipertanyakan dalam penelitian adalah siapa yang berkepentingan dengan penelitian tersebut ? siapa yang akan mendapatkan manfaat dari hasil penelitian tersebut. Secara lebih rinci penjelasan yang realitas tentang apa kontribusi penelitian itu terhadap : Ilmu pengetahuan Apakah penelitian ini bermanfaat dapat mengembangkan konsep, menguji teori atau menegaskan generalisasi Pembuat kebijakan Manfaat penelitian dapat memberikan masukan kepada pemegang kebijakan bagaimana temuan penelitian itu dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijkan 3. Praktisi Informasi apa yang dapat diberikan penelitian ini dalam kaitannya dengan upaya pemecahan masalah tertentu ? 3.9. Penjelasan Istilah Agar tidak terdapat kesalah fahaman dalam menafsirkan istilah atau variabel dan indikator yang di teliti, peneliti harus memberikan penjelasan. Dalam menjelaskan pengertian telebih dahulu di kemukakan penfsiran yang dilakukan para ahli atau peneliti terdahulu kemudian diikuti dengan pengertian yang dimaksud oleh peneliti. Misalnya : Hasil Belajar adalah perubahan perilaku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari belajar (Ahlibelajar, 2013), sedangkan yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai rapor yang diperoleh siswa pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.   BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tujuan Tinjauan Pustaka Langkah pokok yang penting dalam penelitian adalah tinjauan pustaka yang kuat. Hal ini diperlukan untuk mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan bukan kegiatan yang bersifat trial and error. Didalam tinjauan pustaka akan disajikan informasi ilmiah yang diperlukan untuk mendukung bab pendahuluan, kerangka konseptual, hipotesis dan pembahasan yang merupakan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini sangat perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh. Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai keperluan, seperti : Mendapatkan landasan teori dalam menyusun kerangka teori dan hipotesis Dari penelaahan kepustakaan akan diperoleh konsep-konsep dan teori-teori yang bersifat umum yang berkatian dengan permasalahan penelitian. Melalui prosedur logika deduktif akan dapat ditarik kesimpulan yang spesifik yang akan menjadi landasan teori yang berguna untuk penyusunan hipotesis penelitian. Didalam kesimpulan teoritis, harus diidentifikasi hal-hal atau faktor-faktor utama yang akan digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor inilah yang akan menjadi variabel-variabel yang akan digarap dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengidentifikasikan variabel- variabel yang akan diteliti dan juga agar peneliti dapat meletakkan atau mengidentifikasikan masalah yang ingin diteliti itu dalam paradigma penelitian yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu sering didalam tinjauan kepustakaan diuraikan kerangka teori sebagai dasar untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian. Didalam tinjauan pustaka, semua variabel penelitian dideskripsikan teorinya. Berdasarkan deskripsi teori tersebut dapat dirumuskan defenisi konseptual setiap variabel penelitian, sehingga dapat dengan jelas diketahui dimensi-dimensi dan indikator variabel tersebut. Disamping itu deskripsi teori dapat dijadikan dasar untuk merumuskan kerangka berpikir yang bersifat argumentatif mengapa variabel-variabel tersebut berkaitan atau saling berpengaruh. Atas dasar kerangka berpikir argumentatif dapat dibuat kesimpulan tentang dugaan adanya hubungan logis antar kedua variabel dalam bentuk hipotesis. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Hampir setiap fenomena dan permasalahan yang muncul sekarang ini telah pernah menjadi kajian peneliti dan kemungkinan besar berbagai teori yang relevan telah dikemukakan dan dikembangkan untuk menjelaskan. Selain memperluas pandangan dan pengetahuan peneliti, juga peneliti dapat mengdindari pengulangan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain. Mendapatkan metode, teknik atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan. Sebagai sumber data sekunder Mengetahui sejarah dan perspektif dari permasalahan penelitinya Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan Memperkaya ide-ide baru Berdasarkan kebutuhan studi pustaka bagi penelitian, maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka (telaah literatur) memiliki empat fungsi utama, yaitu : Menunjukkan adanya asumsi yang mendasari pertanyaan penelitian Membuktikan bahwa peneliti memiliki pengetahuan tentang penelitian terkait serta tradisi intelektual seputar topik yang akan dibahas yang dapat mendukung penelitian tersebut. Menunjukkan bahwa peneliti telah mengidentifikasi adanya sisi yang kurang disentuh dalam penelitian tersebut Membantu dalam merumuskan masalah penelitian dan hipotesis Daftar pustaka harus dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang hal sebagai berikut: Apa yang dikatakan peneliti lain tentang topik ini ? Teori apa yang berkaitan dengan topik ini dan apa penjelasan teori-teori tersebut tentang topik ini ? Penelitian apa yang pernah dilakukan sebelumnya dan apa temuan penelitian tersebut tentang topik ini? Apakah temuan tersebut konsisten atau berbeda ? Jika berbeda, dimana perbedaannya dan mengapa itu terjadi ? Bagaimana posisi penelitian yang diusulkan ini dalam konteks penelitian terkait yang perrnah dilakukan Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan : Teori adalah penjelasan logis yang menyatakan hubungan yang terjadi diantara konsep-konsep yang berguna untuk : Memfokuskan masalah penelitian Menyusun landasan teori yang berguna membangun hipotesis Menentukan variabel penelitian Menentukan analisa yang akan dipakai pada penelitian Membuat kesimpulan untuk membuat teori baru. Dalam tinjauan kepustakaan, peneliti hanya mencoba meninjau atau meriview terhadap teori-teori dan hasil-hasil penlitian orang lain, apa adanya saja. Hal ini berarti bahwa pemikiran dan pendapat- pendapat pembuat proposal penelitian tidak seyogyanya dimasukkan kedalam tinjauan kepustakaan tersebut. 4.2. Sumber Bacaan Untuk memilih sumber bacaan untuk tinjauan kepustakaan dapat dibedakan atas: 1. Acuan umum Acuan umum ini berisi konsep-konsep, teori-teori dan informasi lain yang bersifat umum. Ini dapat ditemukan dalam sumber acuan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograph dan sebagainya. 2. Acuan Khusus Berisi hasil-hasil penelitian yang terdahulu berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Ini dapat ditemukan dalam jurnal, laporan penelitian, buletin, tesis dan lain-lain. Agar informasi yang diperoleh merupakan informasi yang terbaru, maka dalam memilih sumber bacaan digunakan dua kriteria yaitu : Prinsip kemutakhiran (recency) Prinsip relevansi (relevcince) Sumber bacaan yang telah lama mungkin memuat teori-teori atau konsep-konsep yang sudah tidak berlaku lagi, karena kebenarannya mungkin telah dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Seleksi berdasarkan kriteria relevansi terutama jelas pada sumber acuan khusus, karena hendaklah peneliti memilih sumber- sumber yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Meskipun tampaknya tinjauan pustaka hanya merupakan ramuan pendapat orang, tetapi hal ini memerlukan pencernaan dn interprestasi yang cermat. Untuk itu diperlukan kalimat pengantar yang baik dalam merangkai pernyataan-pernyataan peneliti yang dibaca. Bila hal ini tidak dilakukan, maka kemungkinan untuk memperoleh informasi yang komprehensif dan akurat tidak tercapai. Pencantuman sumber bacaan pada tinjauan pustaka dengan sistem nama : Contoh : Regulasi diabetes tetap baik meskipun penggunaan hidrat arang di dalam diet relatif tinggi jumlahnya (Biermani et al.,1961; Brenzel and Anderson, 1973; Adamson, 1974) Peterson et al., (1977), reported that the erythrocytes, leucocytes and platelets from poorly controlled patients all showed functional abnormal ities. Perhatikan penempatan titik, koma dan titik koma. Bila nama penulis sumber informasi ilmiah terlalu banyak, batasilah maksimal lima penulis yang paling relevan dan usahakan mengikutkan nara sumber dengan urutan tahun paling awal ke paling akhir. Contoh : Diet rendah lemak saja, tidak dapat menurunkan kadar kolesterol (Engebert, 1963 ; Fearnley and Hellen, 1964 ; Mayne et al.,1970). Bila tahunnya kembar, tambahkan kriteria alfabetik. Misalnya : Heat et all.,1971 ;Shaw,1971(l);Shaw, 1971 (2) Bila informasi tidak didapatkan dari sumber primer atau pertama, maka pencantuman nama sumber adalah sebagai berikut : Pada tahun 1994, Wieke dkk menyatakan bahwa diet rendah lemak saja tidak dapat menurunkan kadar kolesterol (dikutip:Andi, 1996). Artinya : pernyataan Wieke tahun 1994 tersebut diperoleh dari karya ilmiah yang ditulis oleh Andi pada tahun 1996. 4.3 Kutipan Teknik penulisan dalam tinjauan pustaka harus diperhatikan sekali. Kalimat yang terlalu panjang, kalimat tanpa subjek atau ejaan yang tidak taat asas harus dihindarkan. Alur pikir yang logis harus tetap dijaga pada penulisan hasil bacaan yang didapat. Penulisan paragraf haruslah tepat, karena penulisan paragraf yang tidak tepat dapat mengurangi kejelasan informasi yang disampaikan. 1. Macam-macam Kutipan a. Kutipan langsung, yaitu kutipan yang dilakukan persis seperti sumber aslinya, baik bahasanya maupun susunan kata dan ejaannya. 1) Kutipan langsung pendek yaitu kurang dari tiga baris, disalin dalam teks dengan memberikan tanda kutipan di antara bahan yang d ikutip. Contoh : (“……………..”) 2) Kutipan langsung panjang yaitu lebih dari tiga baris, yang diberi tempat tersendiri dalam alinea baru diketik dengan jarak satu spasi dan menjorok masuk empat ketukan huruf dari margin kiri, tanda kutip tidak dipakai. b. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan yang hanya mengambil pokok-pokok pikiran atau semangatnya saja, dan dinyatakan dengan kata-kata dan bahasa sendiri. Kutipan ini tidak diantara tanda petik, diketik seperti halnya naskah, diupayakan kutipan tidak langsung tidak terlalu panjang. 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kutipan a. Setiap kutipan diberi nomor dengan angka arab untuk menuliskan nomor catatan kaki/footnote, diketik agak ke atas dari baris biasanya, tanpa diikuti tanda lain. b. Bila bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan yang diperbandingkan dengan bahan yang lain, maka harus ada keseimbangan dari perbandingan itu. c. Kutipan yang diambil sebagian dari rangkaian kalimat yang ada, maka penulisan diberi jarak dengan empat titik (….) diantara kutipan yang diambil. d. Dalam kutipan langsung, tidak boleh memasukkan pendapat sendiri, satu alinea sepenuhnya digunakan untuk kutipan langsung e. Kutipan bisa diambil dari naskah-naskah atau cetakan seperti buku, hasil penelitian, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Dapat juga diambil dari hasil wawancara atau hasil rekaman yang didokumentasi. f. Kutipan baik langsung maupun tidak langsung harus menyebutkan sumbernya. Jika kutipan diambil dari yang sudah mengutip maka kedua sumbernya harus disebutkan misalnya: Yamin,M dalam Kartijo (1999) menyatakan……… Jika kutipan langsung penulisan sumbernya adalah diakhir kutipan , misalnya “ …………………” ( Sartijo, 1994;12). 4.4.Kerangka Pemikiran Selanjutnya di akhir bab II harus digambarkan kerangka pemikiran penelitian. Kerangka pemikiran merupakan gambaran dari variable yang diteliti dan simpulan dari bahasan yang di muat dalam kajian pustaka. Kerangka pemikiran penelitian cendrung dibuat dalam bentuk diagram keterkaitan antar variable penelitian. Ada beberapa kelaziman dalam penulisan symbol keterkaitan antar variable dalam kerangka pemikiran yaitu: Garis penghubung ( hubungan antara veriabel X dengan variable Y) Garis panah searah ( menggambarkan pengaruh ) Garis panah dua arah (menggambarkan saling mempe- ngaruhi ) Kerangka pemikiran akan sangat terkait dengan rumusan masalah yang di kemukakan, meskipun tidak semua rumusan masalah akan tergambar secara kongrit dalam kerangka pemikiran. Selain itu, kerangka pemikiran juga dapat menggambarkan secara eksplisit analisis data yang di gunakan peneliti.   BAB V METODE PENELITIAN Bab III sebuah proposal maupun laporan penelitian akademik pada umumnya di isi dengan metodologi penelitian. Hal ini akan mengupas tentang metode atau cara yang akan dignakan untuk menyelesaikan mkasalah yang di kemukakan pada Bab I sebuah usulan penelitian. Kesesuaian antara metode yang digunakan dengan rumusan masalah yang dekemukakan akan menjadi dasar ketercapaian tujuan penelitian. Urutan pembahasan dalam bab III ini tidak harus sama, akan tetapi unsur-unsur yang harus ada antara lain: Desain Penelitian Populasi dan sampel Teknik persampelan Jenis dan alat pengumpul data Analisa data 5.1 Desain Penelitian A. Urgensi Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian kuantitatif, salah satu langkah yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003 : 81). Hal senada juga dinyatakan oleh Sarwono. Menurut Sarwono (2006) desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Sukardi (2004) , membahas desain penelitian berdasarkan definisi secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen desain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian . Sedang dalam arti sempit, desain penelitian merupakan penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana mengukurnya, dst. (Sukardi, 2004 : 184). B. Desain Penelitian yang Tepat Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh desian penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007: 101-102) ., yaitu : 1. dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif analitik) dan 2. dapat mengendalikan atau mengontrol varians. C. Pemilihan Desain Penelitian Ada bermacam-macam desain penelitian. Dalam memilih desain mana yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban-jawaban tersebut merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain penelitian, yaitu : Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu? Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan? Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti? Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment? Apakah sampel akan diseleksi secara random? Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok? Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti? Berapa jumlah masing-masing kelompok? Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random? Apakah pengukuran variabelnya akan diulang? Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time? Apakah variable sudah diidentifikasi? Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable? Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi? Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau kelompok? Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan penelitian. D. Tipe-Tipe Desain Penelitian Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain Non-ekperimental dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya manipulasi variabel bebas. Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain non-eksperimental menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama desain penelitian deskriptif, desain penelitian korelasional, Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory experiment) 5.1.1. Desain Penelitian Non-eksperimen a. Desain Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptIf dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan atau menggambarakan fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan dilakukannya penelitian analitik. Desain penelitian deskriptif dibedakan menjadi dua : desain penelitian studi kasus dan desain penelitian survai (Nursalam, 2003: 83-84). 1) Desain penelitian studi kasus Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif, misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2003 : 83). Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit tetapi aspek-aspek yang diteliti banyak. 2) Desain penelitian survai Survai adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variable dalam suatu populasi (Nursalam, 2003 : 84). Karakteristik dari penelitian survai adalah bahwa subjek yang diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan aspek yang diteliti sangat terbatas. 5.1.2. Desain penelitian korelasional Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 : 24). Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain dan dengan demikian dalam rancangan korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua variabel (Nursalam, 2003 : 84). Jika variabel yang diteliti ada dua, maka masing-masing merupakan variabel bebas dan variabel terikat. Bila variabel yang diteliti lebih dari dua, maka dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas atau prediktor dan satu variabel sebagai variabel terikat atau kriterium. 5.1.3. Desain Penelitian Kausal-komparatif Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk membandingkan variable bebas dari beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda dari variabel bebas. Pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat terjadi bukan karena perlakuan dari peneliti melainkan telah berlangsung sebelum penelitian dilakukan. Desain penelitian kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu desain penelitian kohort dan desain penelitian kasus kontrol (Nursalam, 2003 : 86). 1) Desain penelitian kohort Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach. Sehingga penelitian ini disebut juga penelitian prospektif. 2) Desain penelitian kasus kontrol Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari desain penelitian kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat terlebih dahulu. Sedangkan variabel bebas dteliti secara retrospektif untuk menentukan ada tidaknya pengaruh pada variabel terikat. 5.1.4. Desain Penelitian Tindakan Penelitian tindakan atau action research merupakan penelitian yang bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35). Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri : 1) praktis dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja, 2) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru, 3) fleksibel dan adaptatif, dan 4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiha (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35). 5.1.5. Desain Penelitian Eksperimen a. Sistem notasi Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut (Sarwono, 2006) : X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji terhadap suatu perlakuan ekspe-rimental pada variabel bebas yang kemudian efek pada variable tergantungnya akan diukur. O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu. R : menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara random.. b. Jenis-jenis desain ekperimental Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain penelitian eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Desain penelitian pra-eksperimental, b. desaian penelitian eksperimental semu, dan c. desain penelitian eksperimental sungguhan (Nursalam, 2003: 87). 1) Desain penelitian pra-eksperimental Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaitu 1) one-shot case study, 2) one-group pre-post tes design, dn 3) static group design (Suryabrata, 2000 : 55; Nursalam, 2003 : 87). a) One-shot case study Prosedur desain penelitian one-shot case study adalah sebagai berikut. Sekolompok subjek dikenai perlakuan tertentu (sebagai variable bebas) kemudian dilakukan pengukuran terhadap variable bebas. b) One group pretest-posttes design Prosedur desain penelitian ini adalah : a) dilakukan pengukuran variable tergantung dari satu kelompok subjek (pretest), b) subjek diberi perlakuan untuk jangka waktu tertentu (exposure), c) dilakukan pengukuran ke-2 (posttest) terhadap variable bebas, dan d) hasil pengukuran prestest dibandingan dengan hasil pengukuran posttes. c) Static Group Comparison Desain ketiga adalah static group comparison yang merupakan modifikasi dari desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai objek penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding / pengontrol. 2) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment) Desain penelitian eksperimen semu berupaya mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok ekperimen tetapi pemilihan kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara acak (Nursalam, 2003 : 89). Kedua kelompok tersebut ada secara alami. 3) Desain eksperimen sungguhan (true-experiment) Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya kelompok control dan kelompok eksperimen yang ditentukan secara acak. Ada tiga jenis desain penelitian yang termasuk desain eksperimental sungguhan, yaitu : 1) pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan control yang diacak, 2) pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak, dan 3) gabungan desain pertama dan kedua (Nursalam, 2003 : 90-91). (1) Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara acak Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok control tidak. Pengukuran hanya diberikan satu kali yaitu setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen. (2) Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok secara acak Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok pertama diberi perlakuan (kel. Ekperimen) dan kelopok kedua tidak diberi perlakuan (kel. Control). Observasi atau pengkukuran dilakukan untuk kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah pemberian perlakuan. (3) Desain Solomon Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan desain 2) disebut desain Solomon atau Randomized Solomon Four-Group Design. Ada empat kelompok yang dilibatkan dalam penelitian ini : dua kelompok kontrol dan dua kelompok eksperimen. Pada satu pasangan kelompok eskperimen dan kontrol diawali dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Populasi dan sampel Pengertian Populasi Kerlinger (Furchan, 2004: 193) menyatakan bahwa populasi merupakan semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas. Nazir (2005: 271) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus-menerus merupakan populasi infinit. Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini. 1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-lain. 2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru. populasi seperti ini disebut juga parameter. Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke dalam hal berikut ini: 1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi, dan lain-lain. 2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis. Margono (2004: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini: 1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja. 2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur- unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen. b. Pengertian Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109; Furchan, 2004: 193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono (2001: 56). Ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai ontoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut: 1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja. 2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas. Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu: 1. Ukuran populasi Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya. 2. Masalah biaya Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya. 3. Masalah waktu Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat. 4. Percobaan yang sifatnya merusak Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel. 5. Masalah ketelitian Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian. 6. Masalah ekonomis Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi. c. Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, menurut Sugiyono (2001: 57) teknik sampling ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Dari gambar di atas terlihat bahwa teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi: simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Nonprobability sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling. 1. Probability Sampling Sugiyono (2001: 57) menyatakan bahwa probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi: a. Simple Random Sampling Menurut Sugiyono (2001: 57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004: 126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit tampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Strata Anggota Populasi Persentase (%) Sampel 1 2 3 4 = (3 x 50) SD 150 37,5 19 SMP 125 31,25 16 SMU 75 18,75 9 Sarjana 50 12,5 6 Jumlah 400 100 50 .b. Proportionate Stratified Random Sampling Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel. c. Disproportionate Stratified Random Sampling Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 sarjana, 122 orang lulusan SMU, 125 orang lulusan SMP, lulus SD 150 orang, maka untuk lulusan sarjana diambil semuanya sebagai sampel. Strata Anggota Populasi Persentase (%) Sampel proporsional Sampel Non proprsional 1 2 3 4 = (3 x 50) 5 SD 150 37,5 19 18 SMP 125 31,25 16 15 SMU 122 30,5 15 14 Sarjana 3 0,75 0 3 Jumlah 400 100 50 50 d. Cluste Sampling (Area Sampling) Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Sugiyono (2001: 59) memberikan contoh, di Indonesia terdapat 27 propinsi,dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar- pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. 2. Nonprobability Sampling Menurut Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: a. Sampling Sistematis Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. b. Sampling Kuota Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang. c. Sampling Aksidental Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi. d. Sampling Purposive Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. e. Sampling Jenuh Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula- mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman- temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2001: 61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball. Menurut Margono (2004: 128-130) penentuan sampel perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan hal itu, dikenal beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel dari suatu populasi berikut ini: 1). Sampel Proporsional Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain unit sampling pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan unit sampling dalam setiap subpopulasi, misalnya, penelitian dengan menggunakan murid SLTA Negeri sebagai unit sampling yang terdiri dari 3.000 murid SMA Negeri dan 1.500 murid STM Negeri. Dengan demikian perbandingan subpopulasi adalah 2:1. Dari populasi itu akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 murid STM Negeri sebagai sampel. 2). Area Sampel Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel. Perbedaannya terletak pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti. Perbandingan besarnya sub populasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap sub sampel. Misalnya, penelitian yang menggunakan guru SMP Negeri sebagai unit sampling yang tersebar pada lima kota kabupaten. Setiap kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200 dan 100. Melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya adalah 5:4:3:2:1. Jumlah sampel yang akan diambil 150. Dengan demikian dari setiap kabupaten harus diambil sampel sebesar 50, 40. 30, 20 dan 10 orang guru. 3). Sampel Ganda Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih banyak dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirimkan melalui pos. Dengan mengirim dua set kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan, sehingga jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi. 4). Sampel Majemuk (multiple samples) Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda. Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diragukan lagi. Penarikan sampel majemuk ini hanya dapat dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar. Margono (2004: 130) menyatakan bahwa dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Dalam penelitian fertilitas misalnya. Suatu sampel biasanya dipilih dari populasi wanita usia subur (umur 15-49 tahun) yang pernah kawin. Dalam penelitian tenaga kerja dipilih populasi peduduk usia kerja; dalam penelitian transmigrasi, para transmigran yang menjadi populasi sasaran; dan dalam penelitian memakai alat kontrasepsi, para akseptor yang menjadi sasaran peneliti. Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling. Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame). Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula sebuah peta yang unit-unitnya tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik, menurut Margono (2004: 131) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal). 2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali; 3. Harus up to date. 4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga (siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga); dan 5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa desa dengan nama yang sama. Syarat sampel yang baik Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan. Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995, Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika. Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan dalam menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh : (1), keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel; (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976). Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (, makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75. Ukuran Sampel Dalam menetapkan ukuran sampel peneliti perlu mempertimbangkan beberpa hal: Ukuran sampel harus mewakili populasi. Ukuran sampel mempengaruhi tingkat kesalahan yang terjadi. Semakin banyak ukuran sampel maka semakin kecil tingkat kesalahan generalisasi yang terjadi dan sebaliknya Tingkat homogenitas populasi Faktor factor yang mempengaruhi ukuran sampel tingkat presisi yang diinginkan (level of precisions) derajat keseragaman (degree of homogenity). Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. (Singarimbun dan Effendy, 1989). Penentuan ukuran sampel Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Semakin tinggi tingkat homogenitas populasi semakin kecil ukuran sampel yang boleh diambil; semakin rendah tingkat homogenitas populasi semakin besar ukuran sampel yang harus diambil. Tingkat Presisi yang diinginkan (level of precisions). Semakin tinggi tingkat pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel yang harus diambil. Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis yang akan digunakan. Semakin banyak variabel yang akan dianalisis, misalnya dengan menggunakan rancangan analisis tabulasi silang atau uji chi-square of independen (uji chi kuadrat), mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan antarvariabel yang tidak membolehkan adanya nilai frekuensi hasil penelitian < 1, maka ukuran sampelnya harus besar. Alasan-alasan Peneliti (waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain). Hubungan antara ukuran sampel dengan tingkat kesalahan Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel . Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “Y” Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian. Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat. Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik (manageable). Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%. Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992). Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut : Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30 Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen. Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) 10 10 220 140 1200 291 15 14 230 144 1300 297 20 19 240 148 1400 302 25 24 250 152 1500 306 30 28 260 155 1600 310 35 32 270 159 1700 313 40 36 280 162 1800 317 45 40 290 165 1900 320 50 44 300 169 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360 186 2600 335 70 59 380 191 2800 338 75 63 400 196 3000 341 80 66 420 201 3500 346 85 70 440 205 4000 351 90 73 460 210 4500 354 95 76 480 214 5000 357 100 80 500 217 6000 361 110 86 550 226 7000 364 120 92 600 234 8000 367 130 97 650 242 9000 368 140 103 700 248 10000 370 150 108 750 254 15000 375 160 113 800 260 20000 377 170 118 850 265 30000 379 180 123 900 269 40000 380 190 127 950 274 50000 381 200 132 1000 278 75000 382 210 136 1100 285 1000000 384 Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Bahkan jika sampelnya di atas 500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji statistik. (Slovin ) Kasus Kita akan meneliti pengaruh upah terhadap semangat kerja pada karyawan PT. Cucak Rowo. Di dalam PT tersebut terdapat 130 orang karyawan. Dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 5%, berapa jumlah sampel minimal yang harus diambil ? Untuk menaksir parameter rata-rata m Seorang mahasiswa akan menguji suatu hipotesis yang menyatakan bahwa Indek Prestasi Mahasiswa Jurusan Manajemen UG adalah 2,7. dari 30 sampel percobaan dapat diperoleh informasi bahwa standar deviasi indek Prestasi mahasiswa adalah 0,25 Untuk menguji hipotesisi ini berapa jumlah sampel yang diperlukan jika kita menginginkan tingkat keyakinan sebesar 95% dan error estimasi m kurang dari 0,05,? Instrumen Penelitian A. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat tertentu yang sering disebut instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari proses tersebut kemudian dihimpun, ditata, dianalisis untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu fenomena atau keterkaitan antara fenomena. Secara garis besar teknik pengumpulan data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes. 1). Teknik Tes a). Pengertian teknik tes Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan datanya. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes dapat disebut sebagai pengukuran (measurement). Teknik semacam ini banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif. b). Jenis-jenis instrumen untuk teknik tes Ditinjau berdasarkan sasaran atau objek yang diukur, instrument untuk teknik tes dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: 1) Tes hasil belajar (achievement test) 2) Tes kepribadian (personality test) 3) Tes bakat (aptitude test) 4) Tes inteligensi (intelligence test) 5) Tes sikap (attitude test) 6) Tes minat (interest test) 2). Teknik Nontes Pengumpulan data penelitian dapat pula dilakukan dengan teknik non tes, yaitu dengan tidak memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada subjek yang diperlukan datanya. Dalam teknik non tes, data dari subjek penelitian dikumpulkan dengan : a. wawancara; b. kuesioner; c. observasi; d. pencatatan dokumen. Instrumen untuk teknik tersebut pada penelitian kuantitatif adalah: pedoman wawancara, kuesioner atau angket, pedoman observasi, tabel-tabel, kolom-kolom, ataupun alat rekam elektronik yang dapat dipakai untuk menyimpan data. Sedangkan pada penelitian kualitatif di samping instrument tersebut di atas peneliti juga merupakan instrumen. B. Pengumpulan data Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu seperti berikut: Berdasarkan caranya, dikenal beberapa cara pengumpulan data, yaitu: 1. Angket (Kuesioner) Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respons) atasatau, menjawab-pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menggunakan teknik ini, disyaratkan ressponden harus memiliki tingkat pendidikan yang memadai. Keuntungan teknik angket ini adalah sebagai berikut: Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirim melalui pos. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah. Angket tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya (menjawab pertanyaan) ditentukan oleh responden itu sendiri. Kerugian teknik angket ini adalah sebagai berikut: Jika dikirim melalui pos, maka prosentase yang dikembalikan relatif rendah. Angket tidak dapat digunakan pada responden yang tidak mampu mmbaca dan menulis. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah oleh responden. Angket dikatakan baik, efektif dan efisien apabila memenuhi komponen- komponen berikut: Ada subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan obyektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia. Ada petunjuk pengisian angket, yang mudah dimengerti dan tidak bias. Ada pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka. Pertanyaan dalam angket ini dapat berbentuk pertanyaan terbuka atau tertutup atau kombinasi antara terbuka dan tertutup. Dalam membuat pertanyaan atau pernyataan, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu sebagai berikut: Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan. Hindari pertanyaan atau pernyataan ganda. Responden harus mampu menjawab. Pertanyaan atau pernyataan harus relevan. Pertanyaan atau pernyataan sebaiknya pendek. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang bias, sugestif. Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam angket tersebut, angket dapat dibedakan atas 3 golongan, yaitu sebagai berikut: a. angket terbuka (opened questionare) Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka. b. angket tertutup (closed questionare) Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka. c. angket semi terbuka (semi opened question are) Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang teiah disediakan. 2. Wawancara (interview) Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Teknik wawancara ini, juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan wawancara adalah sebagai berikut. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya. Pewawancara dapat segera mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak gerik responden. Kekurangan wawancara adalah sebagai berikut: Wawancara memerlukan biaya yang sangat besar untuk perjalanan dan uang harian pengumpul data. Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang kecil. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden. Daftar pertanyaan untuk wawancara ini, disebut interview schedule. Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide). Teknik wawancara ini dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut: a. Wawancara berstruktur Merupakan teknik wawancara di mana pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan, atau daftar isian sebagai pedoman saat melakukan wawancara. b. Wawancara tidak berstruktur Merupakan teknik wawancara di mana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama dalam proses wawancara. Dalam melakukan wawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: Penampilan fisik, termasuk pakaian yang dapat memberikan kesan apakah pewawancara dapat dipercaya atau tidak. Sikap dan tingkah laku. Identitas, pewawancara harus memperkenalkan dirinya dan kalau perlu menunjukkan tanda pengenal atau surat tugas. Kesiapan materi, dalam arti pewawancara memahami dan menguasai apa yang kan ditanyakan dan siap memberikan jawaban apabila diperlukan. Sebaiknva lakukan perjanjian dengan calon responden, kapan mereka bersedia untuk diajak wawancara. Mulailah wawancara dengan terlebih dahulu menggunakan kalimat pembuka atau kalimat pengantar, dan dalam proses wawancara, gunakan bahasa yang baik dan benar. Kontrol jalannya wawancara dan bila perlu pihak responden dituntun seperlunya, agar ia tidak mengalami banyak kesulitan dalam menjawab atau mengemukakan pendapat. 3. Observasi Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Dari definisi observasi di atas, terdapat 7 hal yang menjadi komponen observasi, yaitu sebagai berikut: a. Pemilihan, menunjukkan pengamat mengedit dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak. b. Pengubahan, menunjukkan bahwa observasi boleh mengubah prilaku atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya. c. Pencatatan, menunjukkan upaya merekam kejadian-kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem kategori dan metode-metode lainnya. d. Pengodean, menunjukkan proses penyederhanaan catatancatatan itu melalui metode reduksi data. e. Rangkaian prilaku dan suasana, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai prilaku dan suasana. f. Inisitif, menunjukkan bahwa pengamatan kejadian terjadi melalui situasi alamiah, walaupun tidak berarti tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. g. Tujuan empiris, menunjukkan bahwa observasi memiliki bermacam-macam fungsi dalam penelitian, deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis, atau menguji teori atau hipotesis. Teknik observasi ini, memiliki beberapa kelebihan juga kekurangan seperti halnya teknik pengumpulan data lainnya. Kelebihan teknik observasi adalah sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh adalah data aktual/segar dalam arti bahwa data diperoleh dari responden pada saat terjadinya tingkah laku. 2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah laku yang diharapkan muncul mungkin akan muncul atau mungkin juga tidak muncul. Karena tingkah laku dapat dilihat atau diamati, maka kita segera dapat mengatakan bahwa yang diukur memang sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur. Kelemahan teknik observasi adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi/muncul. 2. Beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal atau yang bersifat pribadi, sukar atau tidak mungkin diamati bahkan mungkin dapat membahayakan si-pengamat jika diamati. Observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut ini: Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan orangorang yang diamati, maka observasi dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut. a. Observasi partisipan. Merupakan observasi di mana pengamat ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah rnerupakan bagian dari mereka. b. Observasi tak partisipan. Merupakan observasi di mana pengamat berada di luar subyek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut. a. Observasi berstruktur. Merupakan observasi di mana pengamat dalam melaksanakan observasinya, menggunakan pedoman pengamatan. b. Observasi tak berstruktur. Merupakan observasi di mana pengamat dalam melaksanakan observasinya, melakukan pengamatan secara bebas. 4. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya. Beberapa kelebihan dari studi dokumentasi ini adalah sebagai berikut. Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau tidak mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data). Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data. Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh ke masa lalu, dokumentasi memberikan cara yang terbaik. Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan biaya yang relatif kecil. Kelemahan studi dokumentasi adalah sebagai berikut: Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa berlebihan atau tidak ada (disembunyikan). Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap. Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian. C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas a. Pengertian validitas Validitas mengacu pada kemampuan instrument pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey dan Dempsey, 2002 : 79). Dengan kata lain sebuah instrumen dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki oleh instrument pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat tidaknya data dipercaya kebenarannya. b. Macam-macam validitas 1) Validitas subjektif Validitas subjektif merupakan jenis validitas yang kriterianya sepenuhnya ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti, baik pertimbangan nalar maupun pengalaman keilmuannya (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 250). 2) Validitas isi a) Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrument tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki (Donald Ary dkk., 1992 : 283). b) Validitas isi ialah derajat di mana sebuah instrument mengukur cakupan subsansi yang hendak diukur (Sukardi, 2004 : 123). 3) Validitas criteria Validitas criteria menunjuk pada hubungan antara skor yang diperoleh dengan memakai instrument tertentu dengan suatu variable luar (sebagai kriteria) yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung fenomena yang diselidiki (Donald Ary dkk., 1992 : 284) 4) Validitas konstruk (construct validity) 1) Contsruct validity atau validitas bangunan pengertian menunjuk kepada sejauh mana hasil pengukuran dapat ditafsirkan menurut bangunan pengertian tersebut (Donald Ary dkk., 1992 : 288). 2) Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan bahwa suatu instrument dapat mengukur sebuah konstruk sementara atau hypothetical construct (Sukardi, 2004 : 2004). 3) Construct validity dipilih bila fenomena tidak dapat diukur secara langsung sehingga pengukuran dilakukan terhadap indikator-indikator atau unsur-unsur yang membentuk construct atau konsep tersebut. 2. Reliabilitas a. Pengertian Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun dipakai secara berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda. Dengan demikian suatu instrumen dikatakan reliabel bila mampu mengukur sesuatu dengan hasil yang konsisten (ajeg). b. Cara menentukan indeks reliabilitas Ada beberapa cara untuk menentukan indeks reliabilitas instrumen, yaitu : metoda belah dua, metode tes ulang, metoda kesamaan rasional, dan metoda paralel (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 254). 1) Metoda belah dua Metoda belah dua dilakukan dengan jalan memilah satu instrument ke dalam dua bagian yang sama banyak, bagian pertama memuat unsure yang bernomor ganjil dan bagian lain untuk yang bernomor genap. 2) Metoda tes ulang Anggapan dasar metoda ini adalah suatu instrument memiliki reliabilitas yang tinggi bila dipergunakan pada subjek-subjek yang sama dengan waktu yang berbeda namun hasilnya sama atau mendekati sama. 3) Metoda kesamaan rasional Metode ini dikembangkan oleh Kuder dan Richarson dengan titik tekan kesamaan semua butir pertanyaan yang ada pada instrument tes, baik pada ranah maupun tingkat kesukarannya. Artinya metoda ini hanya dimaksudkan untuk mengukur reliabilitas yang mempunyai satu sifat (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 256). 4) Metoda paralel Metoda paralel sering pula disebut reliabilitas bentuk setara (equivalent-form reliability), yang mempunyai dua bentuk instrument. Metoda parallel dilakukan dengan dua kemungkinan. Pertama, dua orang peneliti menggunakan instrument yang sama untuk mengukur variabel yang sama dengan menggunakan responden dan waktu yang sama. Kedua, peneliti tunggal menggunakan instrumen yang berbeda untuk mengukur variabel yang sama dengan menggunakan responden dan waktu yang sama pula. 5.4 Jenis Data Beberapa ahli berpendapat bahwa pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah diantaranya adalah melakukan langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah adalah merupakan pengejaran terhadap kebenaran relatif yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena keberadaan dari ilmu itu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karenanya, penelitian dan metode ilmiah, jika tidak dikatakan sama, mempunyai hubungan yang relatif dekat. Karena dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum, akan mudah dijawab. Menuruti Schluter (Moh Nazir, 2006), langkah penting sebelum sampai tahapan analisis data dan penentuan model adalah ketika kita melakukan pengumpulan dan manipulasi data sehingga bisa digunakan bagi keperluan pengujian hipotesis. Mengadakan manipulasi data berarti mengubah data mentah dari awal menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antar fenomena. Kelaziman kuantifikasi sebaiknya dilakukan kecuali bagi atribut-atribut yang tidak dapat dilakukan. Dan dari kuantifikasi data itu, penentuan mana yang dikatakan data nominal, ordinal, interval dan ratio bisa dilakukan demi memasuki wilayah penentuan model. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang, melakukan analisis berdasarkan pada kerangka hipotesis dilakukan dengan membuat model matematis untuk membangun refleksi hubungan antar fenomena yang secara implisit sudah dilakukan dalam rumusan hipotesis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah. Data bisa memiliki makna setelah dilakukan analisis dengan menggunakan model yang lazim digunakan dan sudah diuji secara ilmiah meskipun memiliki peluang menggunakan alat analisis lain. Akan tetapi masing-masing model, jika ditelaah satu demi satu, sebenarnya hanya sebagian saja yang bisa digunakan untuk kondisi dan data tertentu. Ia tidak bisa digunakan untuk menganalisis data jika model yang digunakan kurang sesuai dengan bagaimana kita memperoleh data jika menggunakan instrumen. Timbangan tidak bisa digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang. Sebaliknya meteran tidak bisa digunakan untuk mengukur berat badan seseorang. Karena masing-masing instrumen memiliki kegunaan masing-masing. Dalam hal ini, tentu saja kita tidak ingin menggunakan model analisis hanya semata-mata karena menuruti selera dan kepentingan. Suatu model hanya lazim digunakan setelah kita mempertimbangkan kondisi bagaimana data dikumpulkan. Karena dalam teori, alat analisis model adalah alat yang tidak bisa digunakan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan logis. Ia memang bisa digunakan untuk menghitung secara matematis, akan tetapi tidak dalam teori. Banyaknya konsumsi makanan tentu memiliki hubungan dengan berat badan seseorang. Akan tetapi banyaknya konsumsi makanan penduduk pulau Nias, tidak akan pernah memiliki hubungan dengan berat badan penduduk Kalimantan. Motivasi kerja sebuah perusahaan makanan ringan, tidak akan memiliki hubungan dengan produktivitas petani Sawit. Model analisis statistik hanya bisa digunakan jika data yang diperoleh memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu diantaranya adalah masing-masing variabel tidak memiliki hubungan linier yang eksak. Data yang kita peroleh melalui instrumen pengumpul data itu bisa dianalisis dengan menggunakan model tanpa melanggar kelaziman. Bagi keperluan analisis penelitian ilmu-ilmu sosial, teknik mengurutkan sesuatu ke dalam skala itu artinya begitu penting mengingat sebagian data dalam ilmu-ilmu sosial mempunyai sifat kualitatif. Atribut saja sebagai objek penelitian selain kurang representatif bagi peneliti, juga sebagian orang saat ini menginginkan gradasi yang lebih baik bagi objek penelitian. Orang selain kurang begitu puas dengan atribut baik atau buruk, setuju atau tidak setuju, tetapi juga menginginkan sesuatu yang berada diantara baik dan buruk atau diantara setuju dan tidak setuju. Karena gradasi, merupakan kelaziman yang diminta bagi sebagian orang bisa menguak secara detail objek penelitian. Semakin banyak gradasi yang dibuat dalam instrumen penelitian, hasilnya akan makin representatif. Menuruti Moh. Nazir (2006), teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Mengubah fakta-fakta kualitatif menjadi urutan kuantitatif itu telah menjadi satu kelaziman paling tidak bagi sebagian besar orang, karena berbagai alasan. Pertama, eksistensi matematika sebagai alat yang lebih cenderung digunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sehingga bisa mengundang kuantitatif variabel. Kedua, ilmu pengetahuan, disamping akurasi data, semakin meminta presisi yang lebih baik, lebih-lebih dalam mengukur gradasi. Karena perlunya presisi, maka kita belum tentu puas dengan atribut baik atau buruk saja. Sebagian peneliti ingin mengukur sifat-sifat yang ada antara baik dan buruk tersebut, sehingga diperoleh suatu skala gradasi yang jelas. a. Data nominal Sebelum kita membicarakan bagaimana alat analisis data digunakan, berikut ini akan diberikan ulasan tentang bagaimana sebenarnya data nominal yang sering digunakan dalam statistik nonparametrik bagi mahasiswa. Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan Badui. Tentang partai, misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain. Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali, atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal. Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk data nominal adalah Coefisien Contingensi. Akan tetapi karena pengujian hipotesis Coefisien Contingensi memerlukan rumus Chi Square (χ2), perhitungannya dilakukan setelah kita menghitung Chi Square. Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan. b. Data ordinal Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan untuk data ordinal adalah Spearman Rank Correlation dan Kendall Tau. c. Data interval Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data interval ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression. d. Data ratio Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data ratio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B. Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang lazim digunakan untuk data ratio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression. Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka variabel penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio. Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit dan saling terpisah satu sama lain, misalnya status perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan seseorang dan sebagainya. Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas dasar peringkat, seperti motivasi seseorang untuk bekerja, peringkat perlombaan catur, peringkat tingkat kesukaran suatu pekerjaan dan lain-lain. Variabel interval adalah variabel yang diukur dengan ukuran interval seperti indek prestasi mahasiswa, skala termometer dan sebagainya, sedangkan variabel rasio adalah variabel yang disusun dengan ukuran ratio seperti tingkat penganggguran, penghasilan, berat badan, dan sebagainya. e. Konversi variabel ordinal Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori. Misalnya kita ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regresion dan Multiple Regression, padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran dengan skala ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah selain data harus berbentuk interval atau ratio, data harus memiliki distribusi normal. Jika kita tidak ingin melakukan uji normalitas karena data yang kita miliki adalah data ordinal, hal itu bisa saja kita lakukan dengan cara menaikkan data dari pengukuran skala ordinal menjadi data dalam skala interval dengan metode Suksesive Interval.. Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan Metode Suksesive Interval (MSI). Tujuan dari dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim digunakan bagi kepentingan analisis statistik parametrik. Transformasi data ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk mengubah data agar memiliki sebaran normal. Artinya, setelah dilakukan transformasi data dari ordinal menjadi interval, penggunaan model dalam suatu penelitian tidak perlu melakukan uji normalitas. Karena salah satu syarat penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala interval (dan ratio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran) normal. Dengan dilakukannya transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval dan memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik parametrik. Berbeda dengan ststistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk mengukur distribusi. (Ronald E. Walpole, 1992). Merubah data ordinal menjadi skala interval berurutan (Method of Successive Interval). Tahapannya : Menentukan frekuensi setiap respon Menentukan proporsi setiap respon dengan membagi frekuensi dengan jumlah sampel Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon sehingga diperoleh proporsi kumulatif Menentukan Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing respon. Mengubah scale value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh transformedscale value (TSV). Operasi matematika tidak berlaku untuk data ordinal, maka dalam proses merubahnya menjadi data interval dipakai proporsi untuk menentukan nilai dari setiap poin angka ordinal, nanti proporsi itu yang menjadi dasar besar nilai interval dari nilai ordinalnya. Skala Pengukuran Skala Likert’s digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Contoh: Pelayanan rumah sakit ini sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan. a. Sangat setuju skor 5 b. Setuju skor 4 c. Tidak ada pendapat skor 3 d. Tidak setuju skor 2 e. Sangat tidak setuju skor 1 Skala Guttman akan memberikan respon yang tegas, yang terdiri dari dua alternatif. Misalnya : Ya Tidak Baik Buruk Pernah Belum Pernah Punya Tidak Punya Skala Semamtik Deferensial:Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinuem dimana nilai yang sangat negatif terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan. Contoh: Bagimana tanggapan saudara terhadap pelayanan dirumah sakit ini ? Dalam skala rating data yang diperoleh adalah data kuantitatif kemudian peneliti baru mentranformasikan data kuantitatif tersebut menjadi data kualitatif. Contoh: Kenyaman ruang loby Bank CBA: 5 4 3 2 1 Kebersihan ruang parkir Bank CBA: 5 4 3 2 1   BAB VI ANALISA DATA Para mahasiswa tingkat awal yang mempelajari Statistika seringkali bingung dengan dua istilah ini, “analisis korelasi” dan “analisis reegresi”. Kebingungannya berkisar kepada fungsi kedua alat analisis, apakah fungsinya sama atau beda ? kalau beda, kapan kita menggunakan analisis korelasi dan kapan dan pada situasi bagaimana kita menggunakan analisis regresi. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan kedua alat analisis tersebut. Tujuan analsisi korelasi adalah ingin mengetahui APAKAH ADA HUBUNGAN antara dua variabel atau lebih ? Sedangkan tujuan analisis regresi adalah untuk MEMPREDIKSI SEBERAPA JAUH pengaruh yang ada tersebut (yang telah dianalisis melalui analisis korelasi). Misalnya, dengan analisis korelasi ingin diketahui apakah ada hubungan antara terjadinya perang antarnegara dengan kegiatan perlombaan senjata (arm races) ? Bila melalui analisis korelasi terbukti bahwa ada hubungan diantara kedua variabel tersebut, maka analisis regresi akan memperkirakan jika jumlah senjata dinaikan sekian ribu jumlahnya maka kondisi konflik antarnegara akan seperti apa terjadinya. Mungkin ada juga yang bertanya dan kebetulan sudah pernah mengenal alat analisis statistika lainnya, yaitu uji-t dan uji-F (ANOVA). Apa bedanya antara uji-t dan ANOVA dengan analisis korelasi/regresi ? Perbedaannya adalah, bila uji-t dan ANOVA menguji ADA-TIDAKNYA PERBEDAAN DUA SAMPEL atau lebih, maka analisis regresi menguji ADA-TIDAKNYA HUBUNGAN DUA VARIABEL atau lebih. Analisa Non Parametrik Kegunaan Chi‐Square: Uji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Karakteristik Chi‐Square: Nilai Chi‐Square selalu positip. Terdapat beberapa keluarga distribusi Chi‐Square, yaitu distribusi Chi‐Square dengan DK=1, 2, 3, dst. Bentuk Distribusi Chi‐Square adalah menjulur positip. RUMUS CHI-SQUARE Χ2 = Σ (f0 – fe )2 fe Di mana: χ2: Nilai chi-kuadrat fe: Frekuensi yang diharapkan fo: Frekuensi yang diperoleh/diamati CONTOH: UJI KOEFISIEN KONTINGENSI Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan hobi? Data: Laki‐laki yang suka olah raga 27 Perempuan yang suka olah raga 13 Laki‐laki yang suka otomotif 35 Perempuan yang suka otomotif 15 Laki‐laki yang suka Shopping 33 Perempuan yang suka Shopping 27 Laki‐laki yang suka komputer 25 Perempuan yang suka komputer 25 Data contoh diambil dari: Mason & Lind (1999) Langkah‐langkah Pengujian: 1. Tulis Hipotesis Ha dan Ho Ho : χ = 0, Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan hobi. Ha : χ ≠ 0, Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan hobi. 2. Buat Tabel Kontingensi Tabel kontingensi berbentuk 2x4 (2 baris dan 4 kolom). Setiap kotak disebut sel, setiap sebuah kolom berisi sebuah subvariabel, setiap sebuah baris berisi sebuah subvariabel. Olah Raga Otomotif Shopping Komputer Laki‐laki 27 35 33 25 Perempuan 13 15 27 25 Jenis Kelamin Hobi TOTAL 40 50 60 50 Cari nilai Frekuensi yang Diharapkan (fe) Fe untuk setiap sel = (Total Baris)(Total Kolom) Total Keseluruhan Misal: fe sel pertama = (120)(40) 200 = 24 Tentukan kriteria pengujian Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, maka Ho diterima. Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak. ATAU Jika Sig. χ2 hitung > alpha, maka Ho diterima. Jika Sig. χ2 hitung < alpha, maka Ho ditolak. Tentukan nilai χ2 Tabel Taraf signifikansi (α) = 0,05. Df = (Baris‐1)(Kolom‐1) = (2‐1)(4‐1) = 3 χ2 Tabel = 7,815 Bandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel χ2 hitung (5,729) < χ2 tabel (7,815) Ho diterima KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan hobi. Analisis Korelasi Sekali lagi, bahwa tujuan dari analsisi korelasi adalah untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan atau tidak, dan jika ada hubungan bagaimanakah arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Data pada analisis korelasi dapat berupa data kualitatif maupun kuantitatif, yang masing-masing mempunyai ukuran korelasi sendiri-sendiri. Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Product Moment Person adalah salah satu tehnik koelasi yang kedua variablenya berskala interval Teknik analisis korelasi pearson product moment termasuk teknik statistik parametric yang menggunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu Kegunaan Untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persen. r = pearson r correlation coefisien n = jumlah sampel nilai r berkisar antara +1 sampai -1 +1 menunjukkan hubungan positif sempurna sedangkan -1 menunjukkan hubungan negative sempurna. R tidak mempunyai satuan/dimensi + , - hanya menunjukkan arah hubungan. Untuk menyatakan besar atau kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan KP = r2 x 100% Keterngan : Kp = nilai koefisien determinan r2 = nilai koefisien korelasi hasil akan dapat menunjukkan persentase keeratan hubungan . Pengujian lanjutan yaitu uji signifikan yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X dengan variabel Y, maka hasil korelasi pearson product moment tersebut diuji signifikansinya dengan rumus : t=(r√(n^( )-2))/(√1-r^2 ) keterangan t = nilai t hitung r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel Contoh Analisis Korelasi dengan SPSS: Contoh1: Menghitung korelasi antara pengetahuan tentang kewarganegaraan dengan partisipasi politik seseorang. Sebelum kita memulai analisis kita perhatikan dahulu apakah data yang akan kita peroleh berskala nominal, ordinal, interval atau rasio ? Sebab perlakuan terhadap data-data tersebut akan berbeda ketika kita akan melakukan analisis korelasi. Untuk data yang berskala interval dan atau rasio (bersifat kuantitatif/parametrik) tipe analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Correlation atau istilah lainnya adalah Product Moment Correlation. Sedangkan untuk yang berskala ordinal kita gunakan Spearman Correlation (Statistik Non-Parametrik). Kembali ke contoh kasus kita, kedua variabel yang ada yaitu pengetahuan kewarganegaraan dan tingkat partisipasi politik umumnya belum memiliki standar yang baku dalam skala nilainya. Biasanya untuk mendapatkan nilai-nilai bagi variabel-variabel tersebut kita terlebih dahulu melakukan pengukuran kepada sejumlah responden mengenai tingkat pengetahuannya tentang kewarganegaraan dan tingkat partisipasi politiknya, biasanya kita akan menyebarkan angket yang berisi sejumlah daftar pertanyaan atau pernyataan yang akan mengukur sejauh mana level pengetahuan kewarganegaraannya dan tingkat partisipasi politiknya, baik level pengetahuan kewarganegaraan dan tingkat partisipasi politik keduanya merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku seorang manusia. Seperti telah diulas dalam modul sebelumnya, para peneliti ilmu sosial umumnya menggunakan Skala Likert guna mengukur persepsi atau perilaku sosial. Maka biasanya data yang akan kita dapatkan dari hasil survey/penyebaran angket yang mengukur tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang dan tingkat partisipasi politiknya akan berskala ordinal. Misalkan untuk mengukur pengetahuan seseorang dibuatkan instrumen yang terdiri atas 6 butir pertanyaan guna mengukur pengetahuannya tentang kewarganegaraan yang diberikan kepada 5 orang responden (A,B,C,D dan E). Dari lima orang responden akan memiliki jawaban atas angket yang diberikan sebagai berikut. No Resp Jawaban atas pertanyaan nomor ke- 1 2 3 4 5 6 A 3 2 3 1 2 3 B 4 4 4 2 3 4 C 5 5 5 3 4 5 D 5 5 5 5 5 7 E 7 7 7 7 7 7 Maka nilai-nilai jawaban tersebut terlebih dahulu harus di transformasikan ke dalam data interval. Misalkan hasilnya (Succesive Interval-nya) diperoleh sebagai berikut: No Resp Jawaban atas pertanyaan nomor ke- 1 2 3 4 5 6 A 3 2 3 1 2 3 B 1 1 1 1 1 1 C 2.271106 2.271106 2.271106 1.946443 1.946443 1.946443 D 2.271106 2.271106 2.271106 2.595769 2.595769 3.068991 E 3.542213 3.542213 3.542213 3.542213 3.542213 3.068991 Lalu untuk mendapatkan skor tiap-tiap responden untuk menentukkan tingkat pengetahuan kewarganegaraan yang dimilikinya digunakan rumus tertentu (caranya dibahas pada topik berikutnya). Skor tingkat pengetahuan kewarganegaraan dari kelima responden tersebut akhirnya, misalnya diperoleh sebagai berikut. Tabel Skor Reponden untuk Tingkat Pengetahuan Kewarganegaraan No Responden Skor A (1) 5. B (2) 7 C (3) 10 D (4) 10 E (5) 12 Selanjutnya hal yang sama dilakukan pula untuk mendapatkan skor mengenai tingkat partisipasi politiknya, sehingga misalnya akhirnya diperoleh data sebagai berikut. Tabel Data Lengkap No Responden Skor Tingkat Pengetahuan Kewarganegaraan Skor Tingkat Partisipasi Politik 1 5 1 2 7 3 3 10 5 4 10 7 5 12 9 Selanjutnya kita olah dengan SPSS, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Buat file dengan nama korelasi1.sav dalam folder pribadi Anda, berkenaan dengan data lengkap di atas. Misalkan variabel Skor Tingkat Pengetahuan Kewarganegaraan kita namai Citizenship dan Skor Tingkat Partisipasi Politik kita namai Participation, hasilnya seperti berikut. Jika sudah nampak, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze. Kemudian pilih submenu Correlate, dan pilih bivariate. Maka akan tampak di layar tampilan seperti gambar berikut: Selanjutnya adalah mengisi menu-menu yang ada sebagai berikut: Variable yang akan dikorelasikan, pilih Citizenship dan Participation Correlation Coeffitients atau alat hitung koefisien korelasi. Pilih Pearson. Test of Significance yang akan digunakan, pilih Two-tailed untuk uji dua sisi. Flag significant correlations pilih untuk diaktifkan, dengan cara mengkliknya. Kemudian tekan tombol Options, hingga tampak di layar tampilan seperti ini. Lalu pada pilihan statistics abaikan saja. Pada menu missing values, pilih Exclude case pairwise untuk aktif. Selanjutnya tekan Continue. Tekan OK untuk mengakhiri pengisisian prosedur analisis. Selanjutnya SPSS melakukan pekerjaan analisis yang hasilnya dapat terlihat pada bagian output berikut ini. Analisis Output Arti Angka Korelasi (Lihat Pearson Correlation) Ada dua hal dalam penafsiran korelasi, yaitu tanda ‘+” atau ‘-“ yang berhubungan dengan arah korelasi, serta kuat tidaknya korelasi. Korelasi antara Citizenship dengan Participation, didapat angka +0,969 (tanda “+” disertakan karena tidak ada tanda “-“ pada output, jadi otomatis positif). Hal ini berarti : Arah korelasi positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang maka partisipasi politiknya cenderung semakin besar. Demikian pula sebaliknya. Besaran korelasi (0,969) yang > 0,5, berarti tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang berkorelasi KUAT dengan partisipasi politiknya. Signifikansi Hasil Korelasi (lihat Sig. (2-tailed)) Bila kita hendak merumuskan hipotesis bahwa antara dua variabel, yaitu tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang dengan partisipasi politiknya memiliki hubungan (korelasi), maka secara statistik dapat dinyatakan seperti berikut: H0:Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel Hi: Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel Maka bila kita ingin menguji hipotesis ini, kita misalnya dapat menguji dengan melakukan uji dua sisi. Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan dasar probabilitas sebagai berikut: Jika probabilitas > 0,05 (atau 0,01) maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05 (atau 0,01) maka Ho ditolak Catatan: 0,05 atau 0,01 adalah tergantung pilihan kita. Keputusan pada contoh kasus yang kita miliki pada keterangan Sig. (2-tailed) diperoleh angka probailitasnya 0,007 maka kedua variabel tersebut memang SECARA NYATA berkorelasi. Hal ini bisa dilihat juga dari adanya tanda ** pada angka korelasi. Korelasi Parsial Kadang-kadang dalam suatu penelitian kita perlu menambahkan lagi satu variabel yang berfungsi sebagai pengontrol dari dua variabel yang telah berkorelasi terlebih dahulu. Misalnya seperti pada contoh di atas, bila kita ingin menghitung korelasi parsial antara tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang dengan perilaku demokratisnya dimana partisipasi politik menjadi variabel kontrol. Karena ketiga variabel bersifat kuantitatif, maka tipe analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson. Langkah-langkah yang ditempuh: Buka lagi file korelasi1.sav, lalu kita tambahkan 1 lagi variabel dengan nama Democracy yang mewakili variabel tingkat perilalu demokrasi seseorang. Sehingga diperoleh tampilan sebagai berikut: Jika sudah nampak, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze. Kemudian pilih submenu Correlate, dan pilih Partial. Maka akan tampak di layar tampilan seperti gambar berikut: Pengisian: Variable yang akan dikorelasikan, pilih Citizenship dan Democracy Controlling for (variabel pengontrol), pilih participation Test of Significance yang akan digunakan, pilih Two-tailed untuk uji dua sisi. Display actual signifance level pilih untuk diaktifkan, dengan cara mengkliknya. Abaikan yang lainnya, kemudian tekan tombol OK untuk prosessing data. Outputnya sebagai berikut: Correlations Partial Corr Analisis Output Arti Angka Korelasi (Lihat Correlation) Pada hasil output ada dua bagian, yang pertama adalah Analsis Korelasi Pearson (Bivariat) antara 3 variabel, yaitu Citizenship, Participation dan Democracy. Sedangkan bagian yang kedua analisis korelasi antara Citizenship dengan Democracy dimana Participation menjadi variabel pengontrolnya. Bila dibandingkan terlihat bahwa angka korelasi antara Citizenship dengan Democracy dengan menggunakan variabel pengontrol nilainya menjadi turun, yaitu dari 0,968 menjadi 0,397. Sedangkan tandanya masih “positif’. Hal ini berarti bahwa dengan memperhitungkan besarnya tingkat partisipasi politik seseorang, masih ada korelasi positif antara tingkat pengetahuan kewarganegaraan dengan perilaku demokratisnya. Sehingga, semakin tinggi tingkat partisipasi politik seseorang, dan jika perilaku demokrasinya pun meningkat, maka ada kecenderungan partisipasi politik orang tersebut akan semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya. Korelasi Data Ordinal Bila kita memiliki data yang memiliki tipe ordinal, apakah analisis korelasinya harus sama ? Menggunakan Pearson ? Jawabannya tentu tidak. Untuk data yang bersifat ordinal, seperti hasil dari penyebaran kuesioner yang berisi variabel berjenjang seperti: Sangat baik, Baik, Tidak Baik dan seterusnya, maka harus menggunakan korelasi Spearman dan Kendall. Jadi datanya bisa kualitatif maupun kuantitatif. Mari kita lihat contoh kasus analisis untuk data ordinal dengan membuka file nilai_karyawan. Pada contoh tersebut berisi nilai kapasitas karyawan dari suatu perusahaan dilihat dari aspek prestasi kerja, IQ dan loyalitasnya. Dimana ada 75 orang karyawan. Selanjutnya kita akan menghitung korelasi antara Prestasi Kerja, IQ yang dimiliki dan Loyalitas karyawan. Karena ketiga variabel tersebut kualitatif maka korelasi yang digunakan adalah korelasi Spearman dan Kendall. Langkah-langkahnya sebagai berikut: Buka file nilai_karyawan Dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze. Kemudian pilih submenu Correlate, dan pilih Bivariate. Maka akan tampak di layar tampilan seperti gambar berikut: Pengisian: Bila pada analsis data kuantitatif yang dicentang pada Correlation Coefficients adalah Pearson, maka sekarang yang harus dicentang adalah Kendall’s tau-b dan Spearman (jangan lupa nonaktifkan yang Pearson-nya). Untuk variabel, isikan prestasi, IQ dan Loyalitas dengan cara mengkliknya untuk menyorotnya, lalu klik tanda panah. Untuk yang lainnya sama dengan analisis sebelumnya. Hasilnya adalah sebagai berikut: NonParametric Correlation Arti Angka Korelasi (Lihat Pearson Correlation) Korelasi antara Prestasi dan Loyalitas adalah positif, atau semakin loyal seorang karyawan, maka prestasinya cenderung semakin bagus. Demikian pula sebaliknya. Akan tetapi angka korelasi sebesar 0,299 < 0,5 menunjukkan lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Korelasi antara IQ dengan Loyalitas positif dan nilainya 0,072 0,5 menunjukan hubungan keduanaya lemah. Korelasi antara Prestasi dengan IQ adalah negatif, atau semakin tinggi IQ karyawan maka prestasinya cenderung makin jelek, demikian pula sebaliknya. Namun angka korelasi 0,015 < 0,5 menunjukkan lemahnya hubungan ekedua variabel tersebut. Catatan: angka korelasi yang dipakai adalah korelasi Kendall. Namun bila diukur dengan Spearman, hasilnya tidak jauh berbeda. Analisis: Penafsirannya sama dengan penafsiran pada analisis Pearson. Signifikansi Hasil Korelasi (lihat Sig. (2-tailed)) Korelasi antara Prestasi dengan Loyalitas adalah signifikan (Probabilitas 0,005 jauh lebih kecil daripada 0,05), yang berarti adanya hubungan yang benar-benar signifikan antara Prestasi dan Loyalitas seorang karyawan. Korelasi anatara IQ dengan Loyalitas hampir signifikan (Probabilitas adalah 0,508 yang hampir mendekati 0,05). Untuk kasus ini bisa dilakukan dengan pengujian ulang dengan data yang diperbaharui, untuk memastikan apakah kedua variabel berkorelasi secara signifikan. Korelasi antara Prestasi dengan IQ adalah tidak signifikan (Probabilitas 0,893 jauh lebih besar daripada 0,05), yang berarti antara Prestasi dan IQ seorang karyawan tidak ada hubungan. Jumlah Data yang Berkorelasi Dapat dilihat dari dari nilai N, karena tidak ada data yang hilang, maka data yang diproses adalah 75. (Simpan hasil output dengan nama korelasi3). Analisis Regresi Kita telah berlatih menggunakan analisis korelasi dengan SPSS, selanjutnya kita akan berlatih untuk menggunakan analisis regresi. Tujuan dari analisis regresi adalah untuk memprediksi besar Variabel Terikat (Dependent Variable) dengan menggunakan data Variabel Bebas (Independent Variable) yang sudah diketahui besarnya. Pada dasarnya tahapan penyusunan model analisis regresi adalah sebagai berikut: Menentukan yang mana variabel bebas dan variabel terikatnya Menentukan metode pembuatan model regresi, dalam SPSS ada beberapa pilihan, yaitu: Enter, Stepwise, Forward dan Backward (perbedaanya akan dibahas pada bagian lain). Default SPSS adalah metode Enter. Jika kita memilih metode Stepwise, maka uji signifikansi justru mendahului uji asumsi seperti normalitas dan sebagainya, oleh karena itu dalam latihan kita akan menggunakan default SPSS yaitu metode Enter. Melihat ada tidaknya data yang outlier (ekstrem) Menguji asumsi-asumsi pada regresi berganda, seperti normalitas, Linieritas, Heteroskedastisitas dan lain-lainnya. Menguji signifikansi model (uji-t, uji-F dan sebagainya) Intepretasi model Regresi Berganda Persamaan model regresi dinyataakan dalam rumusan sebagai berikut: Y = a + bX1 + cX2 Keterangan: Y = Variabel dependen X1 dan X2 = Variabel-variabel independen a, b, c = konstanta-konstanta regresi Latihan: Kembali kita buka lagi file sebelumnya yang menggambarkan antara tingkat partisipasi politik seseorang dengan tingkat pengetahuan kewarganegaraannya dan tingkat perilaku demokrasinya. Dalam analisis regresi kita ingin meprediksi, bagaimana tingkat partisipasi politik seseorang bila tingkat pengetahuan kewarganegaraannya dan tingkat perilaku demokrasinya berubah-ubah nilainya. Untuk itu kita lihat lagi contoh data yang kita punya sebelumnya. Tabel Data Analisis Regresi Responden Participation Citizenship Democracy 1 1 5 1 2 3 7 4 3 5 10 5 4 7 10 6 5 9 12 8 Langkah-langkah: Buat atau jika sudah ada buka lagi file SPSS yang memuat data ini. Dari menu SPSS, pilih menu utama Analyze, lalu submenu Regression, kemudian pilih Linear … Maka akan tampak tampilan seperti ini Untuk pengisian, sebagai berikut: Untuk pilihan Dependent (variabel terikat). Pilih variabel Participation Untuk Independent(s) pilih Citizenship dan Democracy Method, pilih Enter Abaikan bagian lain Tekan OK untuk prosessing data maka outputnya diperoleh sebagai berikut. Output dan Analisisnya Bagian ini menggambarkan derajat keeratan hubungan antarvariabel. Angka R sebesar 0.982(a) menunjukkan bahwa korelasi/hubungan antara Participation dengan kedua variabel independen-nya adalah kuat (karena besarnya > 0,5). Angka R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0.963 (berasal dari 0,982 x 0,982). Ini artinya bahwa 0,963 atau 96,3% variasi dari Participation dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen, yaitu Democracy dan Citizenship. Sedangkan sisanya (100-96,3 = 0,7) atau 7% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Untuk variabel independen lebih dari dua sebaiknya gunakan Adjusted R Square yang pada latihan kita nilainya 0,927. Std. Error of the Estimate yang nilainya 0.85442 menggambarkan tingkat ketepatan prediksi regresi, dimana semakin kecil angkanya maka semakin baik prediksinya. Bagian ini menggambarkan tingkat signifikansi. Dari uji ANOVA atau F-test, didapat F-hitung 26.396 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,037. Karena probabilitas (tingkat signifikansi) ini lebih kecil daripada 0,05 maka model regresi ini bisa dipakai untuk memprediksi tingkat partisipasi politik seseorang. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan kewarganegaraan seseorang dan tingkat perilaku demokratisnya secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politiknya. Sedangkan bagian ini menggambarkan seberapa besar koefisien regresinya. Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Participation = -2.300 + 0,411 Citizenship + 0,768 Democracy Konstanta sebesar -2,30 menyatakan bahwa jika seseorang tidak memiliki pengetahuan kewarganegaraan dan perilaku demokratis maka partisipasi politiknya -2,30. Secara kualitatif tentu tidak ada perilaku “minus”, mungkin dapat diintepretasikan dalam konteks budaya politik gal itu adalah budaya “apatis”. Jangan lupa juga, bahwa secara nyata ketiga variabel itu berskala ordinal, tidak memiliki angka “nol” seperti dalam batasan skala interval. Koefisien regresi 0,411 menunjukkan bahwa setiap pengetahuan kewarganegaraan seseorang bertambah +1 poin, maka partisipasi politiknya akan bertambah 0,411 poin. Koefisien regresi 0,768 menunjukkan bahwa setiap tingkat perilaku demokratis seseorang bertambah +1 poin, maka partisipasi politiknya akan bertambah juga sebesar 0,768 poin Sedangkan uji-t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independen Hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut: Ho = Koefisien Regresi Tidak Signifikan Hi = Koefisien Regresi Signifikan Pengambilan keputusan (berdasarkan probabilitas, lihat kolom Sig.) adalah sebagai berikut: Jika Sig. > 0,05 maka Ho diterima Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak , Hi diterima Terlihat bahwa pada kolom Sig. untuk ketiga variabel tersebut, yaitu konstanta = 0,453, Citizenship = 0,57 dan Democracy = 0,361 mempunyai angka signifikansi > 0,05, dengan demikian Ho diterima atau dengan kata lain kedua variabel tersebut tidak cukup signifikan mempengaruhi tingkat partisipasi politik seseorang. Kejadian di atas mungkin disebabkan karena data-data yang ada memang menunjukkan hal tersebut. Contoh Penerapan Analisis Regresi Analisis Regresi antara tinggi orang tua terhadap tinggi anaknya (Gultom). Analisis Regresi antara pendapatan terhadap konsumsi rumah tangga. Analisis Regresi antara harga terhadap penjualan barang. Analisis Regresi antara tingkat upah terhadap tingkat pengangguran. Analisis Regresi antara tingkat suku bunga bank terhadap harga saham Analisis regresi antara biaya periklanan terhadap volume penjualan perusahaan. CONTOH KASUS KETERGANTUNGAN STATISTIK VS. FUNGSIONAL Hubungan kausal (ketergantungan statistik) Konsumsi dengan pendapatan Masa kerja dengan produktifitas Iklan dengan penjualan Hubungan fungsional/Identitas Likuditas dengan aktiva lancar Produktivitas dengan hasil produksi Upah karyawan dengan jam kerja Perbedaan mendasar antara korelasi dan regresi ? Korelasi hanya menunjukkan sekedar hubungan. Dalam korelasi variabel tidak ada istilah tergantung dan variabel bebas Regresi menunjukkan hubungan pengaruh. Dalam regresi terdapat istilah tergantung dan variabel bebas. Istilah dan notasi variabel dalam regresi ? Persamaan Regresi linier Sederhana: Y = a + bX + e Y = Nilai yang diramalkan a = Konstansta b = Koefesien regresi X = Variabel bebas e = Nilai Residu Contoh Kasus: Seorang manajer pemasaran akan meneliti apakah terdapat pengaruh iklan terhadap penjualan pada perusahaan-perusahaan di Kabupaten WaterGold, untuk kepentingan penelitian tersebut diambil 8 perusahaan sejenis yang telah melakukan promosi. Pemecahan Judul Pengaruh biaya promosi terhadap penjualan perusahaan. 2. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat pengaruh positif biaya promosi terhadap penjualan perusahaan ? 3. Hipotesis Terdapat pengaruh positif biaya promosi terhadap penjualan perusahaan. 4. Kriteria Penerimaan Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh positif biaya iklan terhadap penjualan perusahaan. Ha : Terdapat pengaruh positif biaya iklan terhadap penjualan perusahaan. Ho diterima Jika b ≤ 0, t hitung ≤ tabel Ha diterima Jika b > 0, t hitung > t tabel. Sampel Perusahaan Data yang dikumpulkan Penjualan (Y) 64 61 84 70 88 92 72 77 Promosi (X) 20 16 34 23 27 32 18 22 7. Analisis Data Untuk analisis data diperlukan, perhitungan: Persamaan regresi Nilai Prediksi Koefesien determinasi Kesalahan baku estimasi Kesalahan baku koefesien regresinya Nilai F hitung Nilai t hitung Kesimpulan Persamaan Regresi Y X XY X2 Y2 64 20 1280 400 4096 61 16 976 256 3721 84 34 2856 1156 7056 70 23 1610 529 4900 88 27 2376 729 7744 92 32 2944 1024 8464 72 18 1296 324 5184 77 22 1694 484 5929 608 192 15032 4902 47094 Y= 40,082 + 1,497X+e Nilai Prediksi Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 20? 40,082 + (1,497*20)= 70,022 Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 16? 40,082 + (1,497*16)=64,034 Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 34? 40,082 + (1,497*34)= 90,98 Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 23? 40,082 + (1,497*23)= 74,513 Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 27? 40,082 + (1,497*27)=80,501 Berapa besarnya penjualan jika promosi sebesar 32? 40,082 + (1,497*32)= 87,986 No Y X XY X2 Y2 Ypred (Y-Ypred)2 (Y-Yrata)2 1 64 20 1280 400 4096 70.022 36.264 144 2 61 16 976 256 3721 64.034 9.205 225 3 84 34 2856 1156 7056 90.98 48.720 64 4 70 23 1610 529 4900 74.513 20.367 36 5 88 27 2376 729 7744 80.501 56.235 144 6 92 32 2944 1024 8464 87.986 16.112 256 7 72 18 1296 324 5184 67.028 24.721 16 8 77 22 1694 484 5929 73.016 15.872 1 Jlh 608 192 15032 4902 47094 608.08 227.497 886 Koefesien determinasi: Koefesien Determinasi Disesuaikan (adjusted) Kesalahan Baku Estimasi Digunakan untuk mengukur tingkat kesalahan dari model regresi yang dibentuk Perhitungan validitas dengan menggunakan SPSS Validitas dan Reliabilitas SPSS. Ada dua view dalam SPSS Data View, digunakan untuk memasukkan data yang akan dianalisis Variabel View , digunakan untuk memberi nama variabel dan pemberian koding Interpretasi Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara: 1. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai r tabel(korelasi tabel) Apabila Koefisien Korelasi > r table Maka ada korelasi yang signifikan (Ha Diterima) Apabila Koefisien Korelasi < rtabeLMaka tidak ada korelasi yang signifikan (H0Diterima) 2.Melihat Sig. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha Diterima) Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan (H0 Diterima) Arah hubungan: Dilihat dari tanda koefisien korelasi Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi Spearmen Digunakan untuk jenis data ordinal Cara analisis dan interpretasi sama dengan Pearson. Perbedaan hanya pada waktu memilih box yang diaktifkan adalah box spearman KORELASI PARTIAL Korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen dan dilakukan pengendalian pada salah satu variabel independennya Contoh Judul: Hubungan antara biaya promosi dan penjualan dengan mengendalikan jumlah outlet Variabel X1Biaya Promosi Variabel X2Jumlah outlet (dikendalikan) Variabel Y Penjualan Hipotesa: H0: Tidak ada hubungan antara biaya promosi dengan penjualan apabila jumlah outlet dikendalikan Ha: Ada hubungan antara biaya promosi dengan penjualan apabila jumlah outlet dikendalikan Buka data : Korelasi ganda dan partial.sav KORELASI GANDA Korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen secara bersamaan X1 Y X2 Contoh Judul: Hubungan antara biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan •Variabel X1Biaya Promosi •Variabel X2Jumlah outlet •Variabel Y Penjualan Hipotesa: H0: Tidak ada hubungan antara biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan Ha: Ada hubungan antara biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan Buka data : Korelasi ganda dan partial.sav Interpretasi Untuk menginterpretasi korelasi ganda lihat nilai R, semakin mendekati 1 maka korelasi semakin kuat Guna memperkaya analisis, sebelum dianalisis korelasi ganda dapat juga ditambahkan analisis korelasi pada masing-masing variabel independen dengan variabel dependen (caranya sama dengan analisis korelasi pearson 6.6 .Uji Beda t Test merupakan salah satu test statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah Mean Sample yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. “ t” merupakan suatu angka atau koefisien yang melambangkan derajat perbedaan Mean kedua kelompok sample yang sedang diteliti. T test pertama dikembangkan oleh William Seely Gosset pada tahun 1915. “t” Test diambil dari huruf terakhir dari namanya. Tujuan utama kegiatan penelitian antara lain ialah menemukan prinsip yang dapat diberlakukan secara umum atau bersifat universal, untuk dapat menemukan prinsip tesebut secara ideal teoritik, seorang peneliti seharusnya meneliti keseluruhan objek yang ia hadapi dengan kata lain meneliti populasinya, dalam hal ini populasi kecil atau sample. Sample adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa, dengan meneliti sample peneliti berharap akan dapat menarik kesimpulan tertentu yang akan dikenakan terhadap populasinya. Menarik kesimpulan secara umum terhadap populasi dengan menggunakan sample dikenal dengan istilah generalisasi. Besar kecilnya kesalahan sampling dapat dilihat melalui angka standard Error of the Mean PAIRED SAMPLE T TEST UJI T UNTUK SAMPLE YANG BERPASANGAN Dua sample yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sample dengan objek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda Contoh : Berdasarkan isu gaji manajer adalah 50 juta per bulan. Untuk membuktikan kebe-naran isu tersebut, dilakukan pengambilan data gaji dari sejumlah manajer. Di sini kita telah mendapatkan nilai perkiraan yg akan diuji (50 juta). Uji-t biasanya ditujukan untuk jumlah data yang sedikit (<30). Syarat untuk melaku-kan uji-t antara lain a. Nilai parameter diketahui/ditentukan b. Distribusi normal. Terdapat beberapa jenis uji-t, yaitu : a. Uji-t 1 sampel b. Uji-t 2 sampel berpasangan c. Uji-t sampel bebas. UJI-t 1 SAMPEL Uji-t 1 sampel hanya membutuhkan sebuah sampel atau variabel dan tentukan nilai perkiraan sebelumnya. Contoh : Berat badan siswa kelas 2 SMA diperkira-kan rata-rata 55 kg. Untuk membuktikan perkiraan tersebut dilakukan pengambilan data dan didapat data sbb Langkah-langkah : Input data Klik menu Analyze, kemudian Compare Mean dan One-Sample T test Pindahkan variabel berat_badan ke kotak Test Variable(s) Ketik Test Value dengan 55 Ok Nilai t hitung dibanding dengan t tabel T hit > t tabel = siknifikan (Ho di tolak) UJI-t 2 SAMPEL BERPASANGAN Uji-t sampel berpasangan adalah penguji-an untuk mengetahui apakah ada perbe-daan nilai dari satu sampel sebelum dan sesudah dilakukan perlakukan tertentu. Perhatikan walaupun dinamakan 2 sampel namun sebenarnya menggunakan sampel yang sama. Hanya saja dilakukan peng-ambilan data 2 kali pada waktu yang ber-beda. Contoh : Untuk meneliti apakah obat penurun berat badan benar-benar bekerja. Dilakukan pe-nelitian terhadap sukarelawan. Sebelum diberi obat, berat sukarelawan ditimbang. Kemudian selama satu minggu sukarela-wan meminum obat penurun berat badan. Seminggu kemudian dilakukan pengukur-an berat badan kembali dengan data yg ditampilkan sbb : Berat_sebelum Berat_sesudah 96 93 63 62 51 59 81 80 77 78 66 65 59 58 67 67 80 79 79 78 71 69 63 64 61 61 93 94 85 84 76 74 Langkah-langkah : a. Input data di atas b. Klik menu Analyze, kemudian Compare Means dan Paired-Samples T test c. Masukkan variabel berat_sebelum ke Variable1 dan berat_sesudah ke Varia- ble2. d. Klik OK Dasar pengambilan keputusan Berdasarkan perbandingan t hitung dengan tabel. Jika Statistik Hitung (angka t output) > Statistik Tabel (tabel t) maka, H 0 =ditolak. Jika Statistik Hitung (angka t output) < Statistik Tabel (tabel t) maka, H 0 =diterima Berdasarkan nilai probabilitas Jika probabilitas >0.05, maka H 0 =diterima Jika probabilitas <0.05, maka H 0 =ditolak Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksi/peramalan, sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka model signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova (Olahan dengan SPSS, Gunakan Uji Regresi dengan Metode Enter/Full Model ). Model signifikan selama kolom signifikansi (%) < Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1, yang menentukan peneliti sendiri, ilmu sosial biasanya paling besar alpha 10%, atau 5% atau 1%). Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha. Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan Uji F (lihat perhitungan SPSS pada Coefficient Regression Full Model/Enter). Atau bisa diganti dengan Uji metode Stepwise. Tabel T Statistika – Dalam statistika di kenal namanya tabel distribusi normal. Tabel ini digunakan untuk membantu kita menentukan hipotesis. Hal ini dilakukan dengan cara perbandingan antara statistik hitung dengan statistik uji. Kalau statistik hitung bisa mudah saja diperoleh dari perhitungan sendiri. Nah untuk statistik uji, kita perlu tabel distribusi. Lalu, tabel distribusi apa yang mau dipakai? Ini tergantung statistik uji yang mau dipakai. Kalau pakai statistik uji F, maka kita harus menggunakan tabel distribusi F. jika statistik uji t yang kita gunakan, maka tabel distribusi t yang harus kita pakai sebagai perbandingan. Begitu juga untuk uji hipotesis dengan menggunakan statistik untuk uji Z, maupun Chi-Square. Berikut ini tabel t untuk uji statistik t d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1% satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05% 1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 318.309 636.619 2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599 3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924 4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610 5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869 6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959 7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 4.785 5.408 8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 4.501 5.041 9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.297 4.781 10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.144 4.587 11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.025 4.437 12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 3.930 4.318 13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 3.852 4.221 14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 3.787 4.140 15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 3.733 4.073 16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 3.686 4.015 17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.646 3.965 18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.610 3.922 19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.579 3.883 d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1% satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05% 20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.552 3.850 21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.527 3.819 22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.505 3.792 23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.485 3.768 24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.467 3.745 25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.450 3.725 26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.435 3.707 27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.421 3.690 28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.408 3.674 29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.396 3.659 30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 3.385 3.646 31 1.309 1.696 2.040 2.453 2.744 3.375 3.633 32 1.309 1.694 2.037 2.449 2.738 3.365 3.622 33 1.308 1.692 2.035 2.445 2.733 3.356 3.611 34 1.307 1.691 2.032 2.441 2.728 3.348 3.601 35 1.306 1.690 2.030 2.438 2.724 3.340 3.591 36 1.306 1.688 2.028 2.434 2.719 3.333 3.582 37 1.305 1.687 2.026 2.431 2.715 3.326 3.574 38 1.304 1.686 2.024 2.429 2.712 3.319 3.566 39 1.304 1.685 2.023 2.426 2.708 3.313 3.558 40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 3.307 3.551 41 1.303 1.683 2.020 2.421 2.701 3.301 3.544 42 1.302 1.682 2.018 2.418 2.698 3.296 3.538 43 1.302 1.681 2.017 2.416 2.695 3.291 3.532 44 1.301 1.680 2.015 2.414 2.692 3.286 3.526 45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690 3.281 3.520 d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1% satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05% 46 1.300 1.679 2.013 2.410 2.687 3.277 3.515 47 1.300 1.678 2.012 2.408 2.685 3.273 3.510 48 1.299 1.677 2.011 2.407 2.682 3.269 3.505 49 1.299 1.677 2.010 2.405 2.680 3.265 3.500 50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678 3.261 3.496 51 1.298 1.675 2.008 2.402 2.676 3.258 3.492 52 1.298 1.675 2.007 2.400 2.674 3.255 3.488 53 1.298 1.674 2.006 2.399 2.672 3.251 3.484 54 1.297 1.674 2.005 2.397 2.670 3.248 3.480 55 1.297 1.673 2.004 2.396 2.668 3.245 3.476 56 1.297 1.673 2.003 2.395 2.667 3.242 3.473 57 1.297 1.672 2.002 2.394 2.665 3.239 3.470 58 1.296 1.672 2.002 2.392 2.663 3.237 3.466 59 1.296 1.671 2.001 2.391 2.662 3.234 3.463 60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.232 3.460 61 1.296 1.670 2.000 2.389 2.659 3.229 3.457 62 1.295 1.670 1.999 2.388 2.657 3.227 3.454 63 1.295 1.669 1.998 2.387 2.656 3.225 3.452 64 1.295 1.669 1.998 2.386 2.655 3.223 3.449 65 1.295 1.669 1.997 2.385 2.654 3.220 3.447 66 1.295 1.668 1.997 2.384 2.652 3.218 3.444 67 1.294 1.668 1.996 2.383 2.651 3.216 3.442 68 1.294 1.668 1.995 2.382 2.650 3.214 3.439 69 1.294 1.667 1.995 2.382 2.649 3.213 3.437 70 1.294 1.667 1.994 2.381 2.648 3.211 3.435 71 1.294 1.667 1.994 2.380 2.647 3.209 3.433 72 1.293 1.666 1.993 2.379 2.646 3.207 3.431 d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1% satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05% 73 1.293 1.666 1.993 2.379 2.645 3.206 3.429 74 1.293 1.666 1.993 2.378 2.644 3.204 3.427 75 1.293 1.665 1.992 2.377 2.643 3.202 3.425 76 1.293 1.665 1.992 2.376 2.642 3.201 3.423 77 1.293 1.665 1.991 2.376 2.641 3.199 3.421 78 1.292 1.665 1.991 2.375 2.640 3.198 3.420 79 1.292 1.664 1.990 2.374 2.640 3.197 3.418 80 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639 3.195 3.416 81 1.292 1.664 1.990 2.373 2.638 3.194 3.415 82 1.292 1.664 1.989 2.373 2.637 3.193 3.413 83 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.191 3.412 84 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.190 3.410 85 1.292 1.663 1.988 2.371 2.635 3.189 3.409 86 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.188 3.407 87 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.187 3.406 88 1.291 1.662 1.987 2.369 2.633 3.185 3.405 89 1.291 1.662 1.987 2.369 2.632 3.184 3.403 90 1.291 1.662 1.987 2.368 2.632 3.183 3.402 91 1.291 1.662 1.986 2.368 2.631 3.182 3.401 92 1.291 1.662 1.986 2.368 2.630 3.181 3.399 93 1.291 1.661 1.986 2.367 2.630 3.180 3.398 94 1.291 1.661 1.986 2.367 2.629 3.179 3.397 95 1.291 1.661 1.985 2.366 2.629 3.178 3.396 96 1.290 1.661 1.985 2.366 2.628 3.177 3.395 97 1.290 1.661 1.985 2.365 2.627 3.176 3.394 98 1.290 1.661 1.984 2.365 2.627 3.175 3.393 99 1.290 1.660 1.984 2.365 2.626 3.175 3.392 100 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626 3.174 3.390 Cara Membaca Tabel T Kita lihat dulu bagian-bagian dari tabel T masing-masing kolom mulai dari kolom kedua (angka yang dicetak tebal) dari tabel tersebut adalah nilai probabilita atau tingkat signifikansi. Nilai yang lebih kecil menunjukkan probabilita satu arah (satu sisi) sedangkan nilai yang lebih besar menunjukkan probabilita kedua arah (dua sisi). Misalnya pada kolom kedua, angka 0,25 adalah probabilita satu arah sedangkan 0,50 adalah probabilita dua arah. Lanjut di bagian kiri ada degree of freedom (derajat kebebasan) seinget saya waktu kuliah dulu angkanya 1 sampai 200 Probabilita Pada Tabel T Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu kita tetapka apa yang disebut dengan probabilita. Probabilita itu adalah taraf signifikansi atau sering disebut alpha α. Probabilita 1 arah dan probabilita 2 arah Jenis probabilita tergantung pada rumusan hipotesis yang akan kita uji. Misal kita ingin menguji suatu hipotesis ” Dari sisi ini, pengujian hipotesis memiliki dua bentuk pengujian yaitu pengujian satu arah dan pengujian dua arah. Pengujian satu arah atau dua arah tergantung pada perumusan hipotesis yang akan kita uji. Misalnya jika hipotesis kita berbunyi, “ pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan”. Artinya semakin tinggi pendidikan semakin besar pendapatan”. Maka pengujiannya menggunakan uji satu arah. Atau, misalnya “ umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan”. Artinya semakin tua umur semakin rendah pendapatan”. Ini juga menggunakan pengujian satu arah. Tetapi jika hipotesisnya berbunyi, “ terdapat pengaruh umur terhadap pendapatan”. Artinya umur bisa berpengaruh positif , tetapi juga bisa berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Maka, pengujiannya menggunakan uji dua arah. Kalau kita melakukan pengujian satu arah. Maka pada tabel t, lihat pada judul kolom bagian paling atasnya (angka yang kecilnya). Sebaliknya kalau kita melakukan pengujian dua arah, lihat pada judul kolom angka yang besarnya. Selanjutnya bagaimana menentukan derajat bebas atau degree of freedom (df) tersebut ? Dalam pengujian hipotesis untuk model regresi, derajat bebas ditentukan dengan rumus n – k. Dimana n = banyak observasi sedangkan k = banyaknya variabel (bebas dan terikat). (Catatan: untuk pengujian lain misalnya uji hipotesis rata-rata dllnya rumus ini bisa berbeda). Contoh soal (menggunakan tabel t) Misalnya kita punya persamaan regresi yang memperlihatkan pengaruh pendidikan (X1) dan umur (X2) terhadap pendapatan (Y). Jumlah observasi (responden) yang kita gunakan untuk membentuk persamaan ini sebanyak 10 responden (jumlah sampel yang sedikit ini hanya untuk penyederhanaan saja). Pengujian hipotesis dengan α = 5%. Sedangkan derajat bebas pengujian adalah n – k = 10 – 3 = 7. Hipotesis pertama: Pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan. Pengujian dengan α = 5 %. Hipotesis kedua: Umur berpengaruh terhadap pendapatan. Pengujian juga dengan α = 5 %. Untuk hipotesis pertama, karena uji satu arah, maka lihat pada kolom ke empat tabel diatas, sedangkan df nya lihat pada angka tujuh. Nilai tabel t = 1,895. Untuk hipotesis kedua, karena uji dua arah, maka lihat pada kolom ke lima tabel diatas, dengan df = 7 maka nilai tabel t = 2,365 DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara Jakarta Babble, E. (1986). The Practice of Social Research. Belmont, California: Wadsworth Publishing Co. Bogdan, R. C. and Bikken, S. K. (1982). Qualitative Research for Educcation: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon Inc. Creswell, J. W. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches.London: Sage Publications. Fowles, J. (1984). Handbook of Fuutures Research. London: Greenwood Press. Iqbal Hasan, M., Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Mei 2002 Lincoln, Y. S. and Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. London: Sage Publications. McTaggart, R. (1993). Action Research: A Short Modern History. Victoria, Australia: Deakin University. Moleong, L. Y. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Penerbit Remaja Rosdakarya. Riyanto, Y. (2001). Melodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC. Sudjana, D. (2001). Penilaian Dalam Manajemen Program Pendidikan. Bandung: CV Fallah Production. Sudjana, N. dan Ibrahim (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo. Suryabrata, S. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar